Sejauh ini, pemasaran hampers masih didominasi oleh pesanan dari instansi pemerintah dan BUMN. Namun, UMKM juga terbuka untuk menerima pesanan dari masyarakat umum. Tren pembelian hampers yang semakin meningkat menunjukkan bahwa produk lokal semakin diminati untuk dijadikan buah tangan Lebaran.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistyawati, menyatakan bahwa pihaknya mendukung penuh UMKM binaan dalam meningkatkan daya saing mereka. Salah satu bentuk dukungan adalah dengan menyediakan fasilitas ruangan secara gratis bagi pelaku usaha.
"Kami menyediakan fasilitas tempat produksi yang nyaman, bersih, dan aman. Ruangan ini bisa digunakan oleh UMKM secara gratis untuk berbagai kegiatan, termasuk produksi hampers dan pemasaran produk mereka," ujar perempuan yang akrab disapa Tia tersebut.
Rumah BUMN Semarang saat ini membina lebih dari 7.000 UMKM dari berbagai daerah di Jawa Tengah, dengan sekitar 3.000 di antaranya berasal dari Kota Semarang. Program pembinaan yang diberikan mencakup pelatihan pemasaran digital, pengelolaan keuangan, peningkatan kualitas produk, hingga strategi ekspor ke pasar global.
Selain itu, Rumah BUMN juga bersifat inklusif, di mana pelaku UMKM difabel mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti program pelatihan, pameran, hingga akses ke layanan digital seperti QRIS dan BRImo.
"Kami mendorong UMKM untuk naik kelas dengan berbagai program pembinaan. Dengan strategi yang tepat, kami ingin UMKM binaan dapat go modern, go online, go digital, dan go export," tambahnya.
Dengan dukungan Rumah BUMN dan strategi kolaborasi yang diterapkan, para pelaku UMKM memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan penjualan di momen Lebaran. Produksi hampers yang semakin berkembang diharapkan dapat memperkuat daya saing produk lokal dan memperluas pasar UMKM ke tingkat yang lebih tinggi.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait