SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID - Rumah BUMN Semarang semakin berperan sebagai sentra produksi hampers bagi UMKM binaannya. Memasuki musim Lebaran, pelaku UMKM ramai memanfaatkan fasilitas yang disediakan untuk membuat hampers berkualitas dengan harga mulai dari Rp150 ribu.
Sejak awal Ramadan, pesanan hampers Lebaran meningkat signifikan. Tahun lalu, lebih dari 100 hampers berhasil terjual, dan tahun ini angka tersebut diharapkan bertambah. Para pelaku UMKM menyusun paket hampers dengan beragam produk unggulan, seperti kue kering, camilan khas Semarang, hingga makanan ringan lainnya.
Rumah BUMN Semarang memberikan fasilitas ruang yang nyaman, ber-AC, bersih, dan aman untuk UMKM berkreasi. Selain itu, tersedia tempat penyimpanan khusus produk UMKM agar kualitas barang tetap terjaga hingga sampai ke tangan pelanggan. Dengan lokasi yang strategis, para pelaku UMKM lebih mudah mempersiapkan pesanan dari berbagai instansi pemerintah dan swasta.
Salah satu pelaku UMKM, Yuta Endang Pujiastuti, mengatakan bahwa tahun ini UMKM binaan telah menyusun katalog hampers Lebaran yang ditawarkan ke berbagai pihak. Mereka juga telah menjalin kerja sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah untuk memperluas pemasaran.
"Kami sudah menerima pesanan sejak awal Maret. Saat ini, sudah ada puluhan pesanan yang masuk, dan jumlahnya terus bertambah. Menjelang Lebaran, kami harus segera menyelesaikan hampers agar pengiriman tidak terhambat akibat lonjakan ekspedisi," ujar Yuta, Jumat (14/3/2025).
“Karena menjelang Lebaran, biasanya semua layanan ekspedisi akan padat,” tandasnya.
Terdapat tujuh pilihan paket hampers dengan harga antara Rp150 ribu hingga Rp500 ribu, yang berisi beragam produk UMKM. Setidaknya lima UMKM terlibat langsung dalam proses produksi hampers.
Namun, jumlah produk yang masuk dalam katalog hampers tahun ini jauh lebih banyak, mencakup merek-merek seperti Semprong Yuta, Kimilanku, Ampyang Cokelat C’ Adys, aneka cookies Arini Kitchen, Ganjel Rel Masjuki, Garmill, dan Rengginang Unyil.
Tidak hanya itu, kolaborasi ini turut melibatkan komunitas Galeri Industri Kreatif. Dari 25 anggotanya, beberapa ikut serta dalam program hampers ini, tergantung kesiapan stok dan produksi masing-masing UMKM.
Kolaborasi UMKM dalam pembuatan hampers telah berlangsung selama dua tahun terakhir. Mereka memanfaatkan Rumah BUMN sebagai tempat produksi bersama, sebagai tempat berbagi ide dan strategi pemasaran. Tahun lalu, permintaan hampers melonjak pesat, dan tahun ini tren yang sama diprediksi akan terjadi.
Menurut Yuta, pemasaran hampers tidak hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga melalui berbagai jaringan. Jika sebelumnya mereka hanya mengandalkan pelanggan tetap, kini produk mereka dipasarkan dalam satu paket hampers yang lebih menarik.
"Kolaborasi ini sangat membantu dalam meningkatkan penjualan. Biasanya, kami hanya menunggu pembeli di toko atau di pameran. Kini, kami bisa menjemput bola dan menawarkan hampers langsung ke berbagai instansi dan pelanggan korporasi," jelas Yuta.
Sejauh ini, pemasaran hampers masih didominasi oleh pesanan dari instansi pemerintah dan BUMN. Namun, UMKM juga terbuka untuk menerima pesanan dari masyarakat umum. Tren pembelian hampers yang semakin meningkat menunjukkan bahwa produk lokal semakin diminati untuk dijadikan buah tangan Lebaran.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistyawati, menyatakan bahwa pihaknya mendukung penuh UMKM binaan dalam meningkatkan daya saing mereka. Salah satu bentuk dukungan adalah dengan menyediakan fasilitas ruangan secara gratis bagi pelaku usaha.
"Kami menyediakan fasilitas tempat produksi yang nyaman, bersih, dan aman. Ruangan ini bisa digunakan oleh UMKM secara gratis untuk berbagai kegiatan, termasuk produksi hampers dan pemasaran produk mereka," ujar perempuan yang akrab disapa Tia tersebut.
Rumah BUMN Semarang saat ini membina lebih dari 7.000 UMKM dari berbagai daerah di Jawa Tengah, dengan sekitar 3.000 di antaranya berasal dari Kota Semarang. Program pembinaan yang diberikan mencakup pelatihan pemasaran digital, pengelolaan keuangan, peningkatan kualitas produk, hingga strategi ekspor ke pasar global.
Selain itu, Rumah BUMN juga bersifat inklusif, di mana pelaku UMKM difabel mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti program pelatihan, pameran, hingga akses ke layanan digital seperti QRIS dan BRImo.
"Kami mendorong UMKM untuk naik kelas dengan berbagai program pembinaan. Dengan strategi yang tepat, kami ingin UMKM binaan dapat go modern, go online, go digital, dan go export," tambahnya.
Dengan dukungan Rumah BUMN dan strategi kolaborasi yang diterapkan, para pelaku UMKM memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan penjualan di momen Lebaran. Produksi hampers yang semakin berkembang diharapkan dapat memperkuat daya saing produk lokal dan memperluas pasar UMKM ke tingkat yang lebih tinggi.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait