Ramah di Kantong
Harga produk tapestri Ekkyta pun bervariasi. Untuk gantungan kunci karakter anime sangat ramah di kantong pelajar dan mahasiswa yakni dibanderol mulai Rp10-25 ribu. Sementara Amigurumi dipatok harga mulai Rp50-200 ribu tergantung tingkat kerumitan dan ukuran.
“Amigurumi ini memang lebih mahal, karena harus lebih detail pembuatannya. Misalnya dari kaki, kelapa, tangan, itu memang seperi beneran. Terlihat lebih menarik, apalagi ditambah dengan warna-warni benangnya,” jelasnya.
Indah awalnya belajar rajut melalui kursus. Namun seiring waktu, ia mulai mengembangkan sendiri teknik tapestri yang kini jadi ciri khasnya. Tahun 2017 menjadi titik balik. Ia bergabung dengan Rumah BUMN BRI dan mulai dikenalkan dengan pelatihan bisnis dan pengembangan produk UMKM.
“Dulu saya hanya ibu rumah tangga biasa. Tapi lewat pelatihan dari BRI, saya mulai ikut pameran, mulai paham pasar, dan tahu bagaimana buat brand sendiri,” kenangnya.
Nama Ekkyta ia ambil dari nama anak keduanya. Tiga anak Indah kini sukses di bidangnya masing-masing, namun ia tetap memilih menekuni dunia rajut sebagai identitas dan bentuk ekspresi diri.
“Anak saya kerja di bank, IT, dan perusahaan swasta. Tapi saya bangga, karena bisa punya karya sendiri,” ujar Indah.
Ia aktif merajut setiap hari, selama 5–7 jam. Selain menjaga produktivitas, kegiatan ini juga menjadi terapi untuk mengasah daya ingat dan motorik halus di usianya yang tak lagi muda.
“Kadang saya lupa apa yang mau diomongin. Tapi kalau merajut, saya merasa lebih fokus dan ingat banyak hal,” tuturnya.
Keseriusannya berbuah manis. Tahun 2023 dan 2025, Indah lolos kurasi Brilianpreneur—pameran UMKM bergengsi besutan BRI. Di sana, ia tidak hanya tampil, tapi juga membukukan transaksi ekspor.
“Saya kirim 200 tas ke Dubai,” ucapnya bangga.
Indah juga sering diminta jadi narasumber pelatihan rajut di berbagai daerah. Ia tidak segan membagikan ilmunya terutama bagi tetangga sekitar, selama mereka benar-benar niat untuk belajar.
“Kalau serius, saya kasih gratis. Tapi harus komitmen. Karena kalau setengah-setengah, hasilnya tidak bagus,” tegasnya.
Di balik semua karyanya, tersimpan satu kekhawatiran besar. Indah cemas bahwa seni rajut bisa punah jika tidak dikenalkan sejak dini pada anak-anak muda.
“Sekarang banyak anak muda maunya serba-instan. Kalau tidak diperkenalkan lewat cara yang mereka suka, rajut bisa hilang ditelan zaman,” katanya.
Untuk itulah ia menghadirkan tokoh-tokoh anime dan BTS dalam bentuk rajutan. Bukan semata menjual, tapi mengundang ketertarikan awal mereka terhadap dunia kerajinan tangan.
“Begitu mereka suka gantungannya, saya ajak ngobrol soal rajut. Beberapa malah jadi tertarik belajar bikin sendiri,” ujarnya.
Indah dijadwalkan mengikuti Pameran dan Rakornas IPEMI (Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia) pada 4–6 Mei 2025 di Hotel Royal Kuningan Jakarta. Di sana, ia akan membawa koleksi terbaru karakter BTS dan anime untuk menarik pasar anak muda yang lebih luas.
“Pesertanya ada banyak termasuk dari luar negeri juga. Saya siapkan yang terbaik. Ada karakter baru yang belum pernah saya bawa sebelumnya. Biar makin banyak yang mampir,” tutur dia.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, juga menyampaikan dukungannya terhadap pelaku UMKM seperti Indah Prihatiningsih. Ia menegaskan, Rumah BUMN hadir sebagai ruang kolaborasi dan penguatan kapasitas bagi para pelaku usaha kecil agar terus tumbuh dan berdaya saing.
"Melalui pelatihan, pendampingan, hingga kesempatan mengikuti pameran, kami dorong UMKM seperti Ibu Indah untuk terus mengembangkan usahanya dan menyesuaikan diri dengan tren pasar, termasuk menyasar segmen anak muda," ujar perempuan yang akrab disapa Tia tersebut.
Tia menilai langkah Indah yang menghadirkan karakter anime dan BTS dalam rajutannya sebagai inovasi cerdas untuk merangkul generasi muda. Dengan begitu, seni merajut yang sempat dianggap kuno kini punya wajah baru yang lebih segar dan diminati kalangan muda.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait