Respons masyarakat terhadap situasi keamanan di wilayah Ungaran tergolong positif. Maskorianto, seorang pedagang makanan cepat saji yang berjualan di Alun-alun Bung Karno selama tujuh tahun terakhir, mengatakan bahwa ia tidak pernah diganggu oleh preman.
"Kalau preman tidak ada, pungutan liar juga tidak ada. Paguyuban antar pedagang di sini sangat kompak. Iuran hanya untuk kebersihan, itu pun cuma Rp 25.000 per bulan," tuturnya.
Hal senada disampaikan oleh petugas keamanan PT. Ungaran Sari Garmen di Pringapus. Menurutnya, kawasan perusahaan aman dari gangguan preman, ormas, maupun LSM. "Prosedur kami ketat. Setiap tamu yang ingin bertemu manajemen wajib menunjukkan identitas dan menjelaskan keperluannya. Kalau gelagatnya mencurigakan, kami langsung koordinasi dengan Polsek Bergas," ujar petugas keamanan tersebut.
Kegiatan sosialisasi yang digagas Polres Semarang ini diharapkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan tetap aman dan kondusif. Meski tidak ada penangkapan preman, upaya pencegahan tetap menjadi fokus utama untuk menekan potensi gangguan keamanan.
AKBP Ratna menegaskan bahwa langkah preventif ini akan terus dilakukan secara berkala, dengan mengutamakan komunikasi aktif antara petugas dan warga. “Sinergi antara kepolisian dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan rasa aman yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait