Salah satu peserta, Ferdita, mengaku selama ini aktif mengakses media sosial untuk hiburan dan informasi. Ia tertarik menjadi kreator konten, tapi masih merasa kurang percaya diri. “Saya jadi semangat karena sekarang paham cara membuat konten yang baik. Jadi berani mau mulai unggah karya sendiri,” ungkapnya usai mengikuti pelatihan.
Kegiatan ini juga memberikan ruang kepada para siswa untuk berdiskusi soal pengalaman mereka di dunia maya, termasuk kemungkinan terjadinya komentar jahat, ujaran kebencian, hingga doxing yang kian marak.
Program “Anantaka Goes to School” menjadi bagian dari gerakan literasi digital nasional, yang fokus pada penguatan nalar kritis generasi muda di tengah derasnya arus informasi. Dengan membekali siswa bukan hanya sebagai pengguna, tetapi produsen konten yang cerdas, kritis, dan peduli, program ini diharapkan membentuk benteng perlindungan terhadap risiko siber, termasuk bullying dan hoaks.
Kepala SMPN 13 Semarang menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan edukatif ini. Ia berharap program serupa bisa terus bergulir di sekolah-sekolah lain, sehingga pelajar tidak hanya akrab dengan teknologi, tetapi juga tahu cara menggunakannya secara bijak dan bertanggung jawab.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait