Sadranan Sendang Jurang, Tradisi Rukun Warga Barat Jalan Kalipepe

SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID – Kawasan Sendang Jurang di RT 1 RW 11 Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, kembali menjadi saksi pelaksanaan tradisi Sadranan Sedekah Bumi, Jumat (23/5/2025) pagi. Warga berdoa bersama sebagai wujud syukur dan memohon berkah keselamatan.
Dipimpin oleh para sesepuh kampung dan tokoh masyarakat, Sadranan dimulai sejak pukul 07.00 WIB dengan membawa tumpeng dan ingkung ayam utuh. Tampak pula aneka jajanan pasar sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sutrisno, sesepuh Kampung Kalipepe Barat Jalan (Semarang-Solo), menjelaskan bahwa tradisi ini sudah turun-temurun dilaksanakan untuk mempererat persaudaraan dan menyatukan warga asli dan pendatang yang tinggal di wilayah RW 1, RW 2, dan RW 11.
“Dulu Barat Jalan ini hanya satu wilayah, tapi sekarang terbagi menjadi tiga RW. Meski begitu, Sadranan ini menyatukan semuanya. Kita rukun karena sudah hidup dalam tatanan masyarakat yang diwariskan oleh leluhur,” jelas Sutrisno.
Menurutnya, Sadranan memiliki makna mendalam sebagai pengingat agar warga menjaga kerukunan dan kebersamaan. Tradisi ini juga menjadi ruang interaksi sosial lintas generasi.
“Pendatang dan warga asli disatukan dalam satu arena Sadranan. Ini adalah wujud kesejahteraan lahir batin yang kita perjuangkan bersama,” tambahnya.
Prosesi Sadranan diawali dengan doa bersama di Balai RT 1 RW 11 yang berlokasi di samping Sendang Jurang. Dilanjutkan dengan makan bersama dalam suasana sederhana namun penuh keakraban dan kehangatan.
Sutrisno juga menggarisbawahi pentingnya keberlanjutan tradisi, termasuk pagelaran wayang kulit yang akan digelar pada malam puncak Sedekah Bumi. Ia menilai wayang sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda.
“Wayangan itu budaya Jawa yang sudah diakui internasional. Harus terus dilanjutkan oleh anak-anak muda kita. Kalau generasi tua sudah rukun, harapannya anak-anak pun tumbuh dalam masyarakat yang guyub,” ujarnya.
Ketua RW 1 Pudakpayung, Bruhari Lisdiyanto, menyampaikan bahwa kegiatan Sadranan merupakan bagian dari rangkaian Sedekah Bumi 3 RW yang rutin digelar setiap tahun pada bulan Apit, atau sebelum bulan Besar dalam penanggalan Jawa.
“Tujuan utamanya adalah bersih desa dan bersyukur atas anugerah air dan kemakmuran yang kita rasakan. Hiburan seperti wayangan itu hanya pelengkap setelah doa dan Sedekah Desa dilaksanakan,” terang Lisdiyanto.
Sedekah Bumi tahun ini mencakup sejumlah rangkaian kegiatan. Setelah Sadranan di empat sendang, malam harinya dilanjutkan dengan pentas musik band pukul 19.30 WIB. Keesokan harinya, 24 Mei 2025, warga akan disuguhkan pertunjukan Jathilan atau Kuda Lumping pukul 13.00–16.00 WIB.
Doa bersama kembali digelar pada pukul 18.30 WIB, lalu puncaknya adalah pagelaran wayang kulit dengan lakon Sedalu Natas yang dimulai pukul 19.30 WIB hingga selesai. Wayang menghadirkan Dalang Greng Sragen Ki Exwan Susanto dengan Lakon Semar Gumregah di Lapangan Abba P4A Pudakpayung.
“Di RW kami, Sedekah Bumi berupa rangkaian kegiatan yang lebih sakral seperti doa bersama, jathilan, dan wayang kulit. Tujuannya yakni menjaga warisan budaya dan memperkuat ikatan antarwarga,” katanya.
Ia berharap, rangkaian Sedekah Bumi ini tak hanya menjadi perayaan tahunan, tetapi juga sarana mendidik anak-anak muda mencintai budaya dan menjunjung nilai-nilai kebersamaan.
“Kalau kita mulai dari hal-hal rukun seperti ini, anak-anak kita akan tumbuh dalam masyarakat yang guyub, dan itu kunci kesejahteraan lahir dan batin,” pungkasnya.
Editor : Enih Nurhaeni