Tradisi Sedekah Bumi Dibalut Musik Indie, Anak Muda Unjuk Gigi

SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID – Suasana malam di kawasan RW 11 Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, berubah menjadi ajang ekspresi seni dan kreativitas warga, Jumat (23/5/2025). Panggung musik indie dan tari digelar sebagai bagian dari rangkaian Sedekah Bumi yang menyatukan generasi muda, seniman lokal, dan masyarakat sekitar.
Ketua Panitia Sedekah Bumi RW 11, Edy Purwanta, menyampaikan rasa syukurnya atas lancarnya acara. “Alhamdulillah malam hari ini cuaca cerah. Ini adalah bagian dari acara sedekah bumi. Kita menampilkan bakat-bakat yang ada di RW 11, dari campursari, musik rock, hingga pop,” ujarnya.
Tak hanya penampilan musik, acara juga dimeriahkan dengan pentas tari, baik klasik maupun modern. Anak-anak dan remaja menampilkan tarian tradisional Jawa dan tari kreasi baru yang memadukan unsur kontemporer dengan gerak urban dance.
Menurut Edy, keberagaman penampilan ini menunjukkan potensi seni warga yang luas. “Ini bukan soal bagus tidaknya penampilan, tapi semangat menampilkan diri dan menjaga budaya. Tari klasik maupun modern bisa tumbuh bersama di panggung RW,” tambahnya.
Salah satu musisi remaja yang tampil malam itu adalah Henry, pemain bass dari beberapa band pengisi acara seperti Paloma, Kopithi, dan Ceki Band. Ia menjelaskan, masing-masing band punya waktu latihan yang terbatas, namun tetap bisa tampil maksimal.
“Paloma dua hari latihan, Kopithi dua kali, dan Ceki Band empat kali. Semua dari remaja sampai dewasa. Penyesuaian tergantung nada lagu dan kunci dasar, tapi saya bisa menyesuaikan karena memang suka musik,” kata Henry.
Henry mengaku menyukai berbagai genre musik sejak lama. Dari musik klasik seperti The Beatles, ia beralih ke genre metal seperti Helloween dan Megadeth. “Saya ingin tampil lagi seperti ini. Selain di sini, saya juga pernah tampil di sekolah dan mal,” ungkapnya.
Koordinator pentas seni RW 11, Hasan Farih, menjelaskan bahwa panggung ini disediakan sebagai wadah ekspresi warga. “Awalnya memang kita memberi ruang agar bakat-bakat itu bisa tersalurkan. Seperti dulu zaman pentas desa,” ucapnya.
Menurut Hasan, anak-anak yang tampil malam itu sudah memiliki dasar bermusik dan menari. Terdapat pula penampilan musik lainnya yang dibawakan duo gadis kembar Twins Girl dan JMS Band sebagai penutup.
“Mereka sudah bisa tampil dengan percaya diri. Penampilan tari pun luar biasa. Ada anak SD yang nari klasik, dan remaja tampilkan tari modern. Ini RW 11 yang kaya warna,” katanya.
Sebagai bagian dari rangkaian Sedekah Bumi, tradisi Sadranan sebelumnya telah digelar pada pagi hari di kawasan Sendang Jurang RT 1 RW 11. Warga membawa tumpeng, ingkung ayam, dan jajanan pasar, lalu berdoa bersama sebagai wujud syukur atas limpahan berkah dan keselamatan.
Upacara Sadranan dipimpin oleh sesepuh kampung dan tokoh masyarakat. Prosesi dimulai pukul 07.00 WIB, berlangsung khidmat dan menjadi ajang pertemuan antara warga asli dan pendatang. “Sadranan menyatukan kita semua. Ini tatanan masyarakat warisan leluhur,” ujar Sutrisno, sesepuh Kampung Kalipepe Barat.
Ketua RW 1 Pudakpayung, Bruhari Lisdiyanto, menegaskan bahwa Sedekah Bumi adalah agenda rutin yang mencakup doa bersama, pentas seni, jathilan, hingga pagelaran wayang kulit. “Hiburan seperti musik dan wayangan hanya pelengkap. Yang utama adalah bersyukur dan menjaga kerukunan,” jelasnya.
Sedekah Bumi RW 1, RW 2, dan RW 11 tahun ini mengangkat semangat guyub rukun dan keberlanjutan budaya. Setelah pentas musik dan tari, rangkaian kegiatan berlanjut dengan pertunjukan jathilan keesokan harinya, dan puncaknya adalah wayang kulit dengan Dalang Greng Ki Exwan Susanto dari Sragen.
Editor : Enih Nurhaeni