Dunia Humas Berubah! PR Dituntut Kuasai Big Data dan AI untuk Hadapi Tsunami Informasi

## Dunia Humas Berubah: PR Dituntut Kuasai Big Data dan AI untuk Hadapi Tsunami Informasi
SEMARANG — Profesi humas (public relations/PR) di era digital mengalami transformasi besar. Tak lagi sekadar menyebar siaran pers atau pasang baliho, pekerjaan PR kini menuntut penguasaan teknologi seperti artificial intelligence (AI) dan big data.
Pesan ini mengemuka dalam workshop bertema “Artificial Intelligence dan Transformasi Profesi Public Relation” yang digelar oleh BPC Perhumas Kota Semarang, Kamis (13/6/2025), di Gedung Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro (Undip) Tembalang. Dua pembicara utama hadir dalam acara ini, yakni Aqsath Rasyid Naradipa, CEO Nolimit Indonesia, dan Steve Saerang, Kepala Bidang Pengembangan Keanggotaan & Perhumas Muda dari Badan Pengurus Pusat PERHUMAS. Keduanya sepakat bahwa PR masa kini harus menggabungkan ketajaman analisis, kecepatan respons, dan kemampuan teknologi.
Dari Kelangkaan Informasi ke Tsunami Informasi
Aqsath Rasyid membuka pemaparan dengan menjelaskan pergeseran tantangan dalam dunia kehumasan. “Sebelum tahun 2000, tantangan utamanya adalah kelangkaan informasi. Tapi sejak tahun 2000 ke atas, justru kita dihadapkan pada tsunami informasi,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa sejak 2023, perubahan informasi terjadi setiap menit. Jika dahulu PR bertindak sebagai pengumpul informasi, kini perannya bergeser menjadi penyaring informasi. “PR hari ini tidak cukup hanya publikasi atau pasang billboard lalu selesai. Harus bisa menganalisis informasi dan isu. Big data bisa membantu memilah informasi yang muncul di internet setiap saat,” jelasnya.
Menurut Aqsath, big data menjadi senjata utama dalam riset dan perumusan strategi komunikasi yang lebih relevan. Dalam situasi krisis, data bahkan menjadi dasar pengambilan keputusan komunikasi yang lebih akurat dan cepat. “Big data jadi bahan riset, sedangkan AI bisa digunakan untuk teknis,” imbuhnya.
AI Hadir sebagai Alat Teknis, Bukan Pengganti Manusia
Sementara itu, Steve Saerang menyoroti kecepatan arus informasi yang menuntut respons cepat dari praktisi humas. “Informasi kini bisa bergerak luar biasa cepat. Responsnya juga harus cepat. Di sinilah AI hadir sebagai alat bantu teknis,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa AI bukan pengganti manusia. Yang unggul di masa depan adalah manusia yang mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak. “Human with AI akan mengalahkan human without AI,” tegasnya.
Steve juga memperkenalkan berbagai tools berbasis AI yang relevan untuk pekerjaan humas, seperti copy.ai untuk menyusun pesan, Canva untuk desain komunikasi visual, hingga tools analisis sentimen untuk membaca persepsi publik.
Meski demikian, Steve menegaskan bahwa keberhasilan komunikasi tetap bergantung pada manusia. “Elemen manusia tetap vital. AI tidak punya empati dan intuisi seperti manusia,” katanya.
Workshop ini menggarisbawahi bahwa profesi humas mengalami transformasi besar. Di tengah banjir informasi dan tingginya ekspektasi publik, PR dituntut untuk adaptif, cepat, dan strategis. Tak hanya cerdas secara teknologi, tapi juga harus memiliki kecerdasan emosional dan kepekaan terhadap isu publik.
BPC Perhumas Kota Semarang menunjukkan keseriusannya dalam membekali praktisi PR, khususnya generasi muda, agar mampu menjawab tantangan zaman. Kolaborasi antara kemampuan teknis dan human touch menjadi keniscayaan, bukan lagi sekadar pilihan.
Editor : Enih Nurhaeni