Sekolah Sehat Tanapa Bullying, Guru hingga Satpam Jadi Kunci

Gali Potensi Lewat Diagnosa Gaya Belajar
Permata Bangsa School juga menggunakan angket gaya belajar sebagai instrumen untuk menggali potensi dan preferensi belajar masing-masing siswa.
“Jadi anak-anak itu difotografi lewat angket gaya belajar. Diketahui oleh guru dan orang tua. Jadi pendampingan bisa lebih efektif dan efisien,” jelasnya.
Pendekatan ini menurut Joe membantu guru dan orang tua mendampingi anak secara personal, sehingga risiko terjadinya perundungan antarsiswa karena perbedaan gaya belajar atau kepribadian bisa ditekan sejak awal.
Kompetensi Nasional dan Global
Selain membangun karakter anak, sekolah ini juga fokus mempersiapkan siswa untuk bersaing di kancah global melalui kurikulum internasional dan literasi global yang diintegrasikan dalam sistem pembelajaran.
“Kami membekali anak-anak di sini tidak hanya untuk kompetensi nasional, tapi kompetensi global juga, dengan global literasi yang kita terapkan dalam sekolah,” tambahnya.
Prof. Joe Manto juga menegaskan bahwa keberhasilan menciptakan lingkungan zero bullying tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama guru yang memiliki kapabilitas dan kepedulian tinggi.
“Sumber daya manusia guru kami ini semuanya eligible dalam arti valid. Nah, mereka mungkin hanya tataran S1 dan S2 ya, tetapi bahasa Inggrisnya telah melewati kualifikasi yang kita saring,” ujarnya.
Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas guru, sekolah secara rutin memberikan pelatihan melalui program Professional Development (PD) dua kali dalam setahun. PD ini difokuskan pada pendekatan psikologis, penguatan karakter, dan pengembangan potensi siswa.
“Guru-guru itu juga selalu kita berikan PD setiap semester, setahun dua kali, pada waktu anak-anak liburan. Sehingga mereka bisa di antaranya secara psikologis mengajar dengan hati, bagaimana merangkul anak-anak, bagaimana melatih kesabaran, bagaimana mengembangkan potensi mereka,” jelasnya.
Editor : Enih Nurhaeni