Sekolah Sehat Tanapa Bullying, Guru hingga Satpam Jadi Kunci

Semua SDM Diikutkan Pelatihan
Yang menarik, tidak hanya guru yang diberikan pelatihan. Seluruh SDM termasuk satpam dan petugas kebersihan (janitor) juga mendapatkan pembinaan rutin sebulan sekali untuk membangun suasana yang mendukung lingkungan belajar internasional.
“Enggak hanya guru. SDM yang lain bisa jadi juga seperti janitor dan satpam, rutin sebulan sekali kita berikan Professional Development dalam arti dari bahasa Inggris, berbahasa Inggris survival—jadi bahasa Inggris yang untuk komunikasi,” ungkapnya.
Dengan pendekatan ini, atmosfer English Speaking Environment tetap terjaga, menciptakan ruang belajar yang menyenangkan dan relevan dengan tantangan masa depan.
“Anak-anak belajar bicara bahasa Inggris, gurunya bahasa Inggris, bahkan satpam dan janitor juga berbicara bahasa Inggris. Itu ya akan menambah, di sini sebagai international school, itu keunikan sekolah kami,” tandas Prof. Joe Manto.
Atmosfer Harmonis di Dalam Kelas
Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan inklusif, Permata Bangsa menerapkan rasio guru dan murid maksimal 1:10 di setiap kelas. Bahkan untuk anak usia dini, satu kelas hanya berisi maksimal 10 anak dengan dua guru pendamping.
“Kita menerapkan rasio 1 banding 10. Satu guru mendampingi 10 siswa. Untuk yang usia 2–6 tahun, bahkan gurunya lebih dari satu. Itu perjuangan tapi bahagia,” ucap Joe.
Dengan perhatian personal tersebut, interaksi antarsiswa menjadi lebih terkendali, dan guru bisa cepat mendeteksi potensi konflik atau indikasi bullying.
Acara “Management Meet Up with Parents” yang digelar rutin setiap awal tahun ajaran menjadi sarana keterlibatan orang tua sebagai mitra strategis sekolah.
“Event ini tahunan, agar orang tua bisa melihat langsung kondisi sekolah. Ada input, saran, testimoni, jadi mereka jadi bagian dari keluarga besar kami,” kata Joe Manto.
Editor : Enih Nurhaeni