Usai Bentrok Ormas di Pemalang, Ketua LDII Jateng: Kerukunan Tidak Jatuh dari Langit

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id — Ketua DPW LDII Jawa Tengah, Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum., menanggapi dinamika sosial yang terjadi di berbagai wilayah, termasuk keributan ormas di Pemalang. Ia menekankan bahwa kerukunan bukan sesuatu yang bersifat alamiah, melainkan harus terus diupayakan dan dijaga secara kolektif oleh seluruh elemen bangsa.
Menurutnya, insiden di Pemalang itu memperlihatkan pentingnya pendekatan preventif untuk mengelola potensi konflik sosial yang ada. Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, dinamika sosial kerap kali dipicu oleh isu-isu primordial seperti etnis, agama, dan identitas kelompok.
“Oleh karena itu, perlu ada aturan yang jelas dari negara mengenai batas-batas interaksi sosial agar semua pihak tahu bagaimana menjalin kerukunan dalam bingkai hukum,” ujarnya di sela forum Silaturrahim Kebangsaan Jilid V yang digelar oleh DPW LDII Jateng, Sabtu (26/7/2025).
Selain regulasi yang tegas, menurut Guru Besar Sejarah Universitas Diponegoro ini, perlu juga dilakukan internalisasi nilai-nilai toleransi di masyarakat melalui pendekatan budaya dan pendidikan.
“Kerukunan itu harus dirancang, harus ada rekayasa sosial dan politik. Kita perlu desain program yang tepat dengan hasil yang bisa diukur,” ungkapnya.
Ia pun mengingatkan bahwa dalam masyarakat yang plural, kerukunan harus dibangun dari kesadaran kolektif bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan ancaman.
“Kerukunan dalam suasana pluralisme memang tidak bisa datang dari langit lebih tercipta tapi harus diusahakan, didesain. Harus ada rekayasa sosial dan budaya bahkan juga politik, supaya dalam keanekaragaman bisa terjadi keindahannya agar tidak rusak,” lanjutnya.
Prof. Singgih mengingatkan, kerukunan tidak cukup hanya sebagai slogan atau dalil agama, tetapi harus diimplementasikan dalam kesadaran kolektif bahwa keberagaman adalah kekayaan bangsa yang harus dijaga bersama.
“Silaturrahmi ini kami hadirkan untuk memperkuat toleransi, bukan sekadar slogan atau kutipan agama. Ini harus diterjemahkan dalam perilaku nyata di kehidupan sosial kita,” tegasnya.
Ia menjelaskan, kondisi kerukunan di manapun, termasuk di Jawa Tengah, merupakan potensi yang harus dijaga. Namun, karena sifatnya yang dinamis dan selalu berubah, perlu ada upaya yang terus-menerus untuk merawatnya.
“Oleh sebab itu DPW LDII Jawa Tengah menyelenggarakan Silaturahmi Kebangsaan yang kelima ini juga bagian upaya continue terus-menerus, karena memang situasi kerukunan selalu dinamis, berkembang, berubah setiap saat. Ini upaya-upaya preventif untuk terus menjaga situasi kondisi agar tetap kohesif, saling toleransi, saling bekerja sama,” terangnya.
Silaturrahim Kebangsaan Jilid V diselenggarakan oleh DPW LDII Jawa Tengah dengan tema “Memperkuat Toleransi Inter dan Antarumat Beragama untuk Mewujudkan Masyarakat Harmonis di Jawa Tengah”. Forum ini dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah Komjen Pol (Purn) Ahmad Luthfi, Kapolda Jateng Irjen Pol Dr. Ribut Hari Wibowo, Kajati Jateng Dr. Hendro Dewanto, Kakanwil Kemenag Dr. Saiful Mujab, hingga tokoh DPR dan MUI.
Gubernur Jateng Ahmad Luthfi menekankan pentingnya menghidupkan budaya lokal dalam membangun toleransi, sementara Kapolda menilai silaturahmi adalah modal sosial strategis dalam menjaga keamanan publik.
Editor : Enih Nurhaeni