Ekspedisi Patriot UNDIP Ungkap Sawit Melimpah tapi Jalan Rusak Hambat Ekonomi Donggala
Masalah lain adalah kelangkaan pupuk dan harga yang tinggi. Petani sawit di Rio Pakava tidak mendapatkan pupuk bersubsidi, sedangkan pupuk non-subsidi dibanderol tiga hingga empat kali lipat.
“Harga sawit di sini paling rendah, tapi harga pupuk paling mahal. Kami berharap ada perubahan regulasi terkait pupuk subsidi dari Kementerian Pertanian agar lebih adil bagi petani sawit,” kata Widayat, A.Md., dari BPP Rio Pakava.
Meski tekanan ekonomi cukup berat, semangat petani transmigran tetap kuat. Mereka berusaha mempertahankan usaha tani sambil membuka peluang komoditas baru. Untuk mendukung hal ini, Tim Ekspedisi Patriot UNDIP melakukan pengambilan sampel tanah untuk diuji di laboratorium. Hasilnya akan digunakan untuk menentukan jenis komoditas potensial jangka menengah dan panjang.
Tim yang terdiri atas Muhammad Iqbal Fauzan, S.P., M.Si., Muhammad Naufal, Nafachani Timmu Nafsi, S.P., Sholikatul Azizah Nur Fitriani, S.P.W.K., serta Arla Disayna Azzahra Yuniaz, S.A.P., berkomitmen menyajikan data ilmiah sebagai dasar kebijakan pembangunan transmigrasi berbasis potensi lokal.
Ketua Tim 2 Ekspedisi Patriot UNDIP, Muhammad Iqbal Fauzan, S.P., M.Si., menyebut bahwa kegiatan ini adalah batu loncatan penting dalam kerja sama lintas pihak.
“Kegiatan ini merupakan awal dari kolaborasi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan kementerian agar kawasan transmigrasi Rio Pakava dapat tumbuh menjadi pusat ekonomi baru berbasis potensi komoditas pertanian unggulan,” ujarnya.
Hasil temuan lapangan ini akan dikirimkan sebagai rekomendasi kepada Kementerian Transmigrasi, mencakup perbaikan jalan dan jembatan, penyelesaian sengketa lahan, hingga penguatan komoditas unggulan.
Ekspedisi Patriot UNDIP turut mendukung SDG 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan) dan SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dengan mendorong tata kelola wilayah dan potensi lokal berbasis komoditas pertanian.
Editor : Enih Nurhaeni