get app
inews
Aa Text
Read Next : Stunting 19,8 Persen Jadi Sorotan Prabowo, IAKMI Desak Pemerataan Tenaga Kesmas

Ekspedisi Patriot UNDIP Ungkap Sawit Melimpah tapi Jalan Rusak Hambat Ekonomi Donggala

Minggu, 09 November 2025 | 12:30 WIB
header img
Ekspedisi Patriot UNDIP Ungkap Sawit Melimpah tapi Jalan Rusak Hambat Ekonomi Donggala. Foto: Ist

 

DONGGALA, iNewsJoglosemar.idEkspedisi Patriot Universitas Diponegoro (UNDIP) menemukan persoalan serius terkait perkebunan sawit di Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Tim 2 Ekspedisi Patriot, terungkap dua masalah utama: jalan rusak dan sengketa lahan, yang membuat potensi sawit melimpah di wilayah ini tidak berkembang maksimal.

FGD yang digelar di Kantor Kecamatan Rio Pakava itu mempertemukan unsur pemerintah kecamatan, perangkat desa, kelompok transmigran, sampai petani. Forum ini membahas desain pengembangan komoditas unggulan sekaligus mengurai berbagai kendala di kawasan transmigrasi Lalundu dan Bambakaenu.

Berbagai persoalan klasik muncul kembali dalam forum tersebut. Mulai dari potensi pertanian, infrastruktur jalan-jembatan, hingga batas wilayah yang tidak jelas dan sertifikat lahan yang belum tuntas. Situasi inilah yang dinilai menghambat investasi dan melambatkan ekonomi masyarakat transmigran.

Kepala Desa Bukit Indah, Sukarjoni, menegaskan bahwa ketidakpastian lahan dan kondisi infrastruktur menjadi hambatan besar bagi para petani maupun investor.

“Permasalahan infrastruktur jalan harus diperhatikan dan diprioritaskan. Kalau jalan dan sertifikat lahan belum beres, investor tidak akan berani masuk. Padahal potensi pertanian dan perkebunan sawit di kawasan ini sangat besar, tapi kondisi jalannya bikin rugi,” ungkapnya.

Rio Pakava memiliki hamparan sawit yang luas, namun hasilnya tidak maksimal karena buruknya akses transportasi. Jalan yang berlubang dan jembatan rusak membuat biaya angkut melonjak, menyebabkan harga tandan buah segar (TBS) tertekan dan lebih rendah dibanding daerah sentra sawit lain seperti Sumatera dan Kalimantan.

FGD juga mencatat bahwa sekitar 40% tanaman sawit berasal dari bibit cabutan, bibit non-sertifikasi yang membuat produktivitas menurun. Petani berharap pemerintah melibatkan diri dalam penyediaan bibit unggul agar sawit lokal dapat bersaing.

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut