SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID - Ada yang berbeda di SD Islam Primadana, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang pada Selasa (18/2/2025). Puluhan siswa kelas VI tampak serius di aula sekolah saat melihat salah satu temannya, Alexander, maju mengenakan toga hitam, pakaian khas jaksa di persidangan. Dengan penuh percaya diri, Alexander mengikuti arahan dari Dewi Indrasari, SH., MH., seorang jaksa di Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah.
Dewi menjadi narasumber dalam program “Orang Tua Mengajar di Sekolah” dengan tema “Mengenal Profesi dan Menumbuhkembangkan Karakter melalui Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.” Ia mengajarkan cara menjadi jaksa di persidangan, termasuk menentukan pasal yang tepat untuk menjerat pelaku kejahatan.
Dewi mengaku sempat bingung saat diminta menjadi narasumber. “Ini pengalaman pertama saya mengajar anak SD tentang profesi jaksa. Saya menggunakan bahasa yang sederhana dan contoh yang mudah dimengerti. Biasanya, anak-anak tahunya penegak hukum itu polisi saja, jadi saya jelaskan peran jaksa dalam penuntutan dan persidangan,” kata Dewi.
Untuk memudahkan pemahaman siswa, Dewi menggunakan contoh kasus sederhana, seperti tindak pidana pencurian. Ia menjelaskan bagaimana proses hukum berjalan mulai dari penyidikan, penuntutan, hingga putusan pengadilan. “Saya sampaikan bahwa persidangan itu untuk memastikan tidak ada salah tangkap dan hak-hak setiap pihak dilindungi. Ini penting dikenalkan sejak dini agar mereka paham proses hukum yang adil,” tambahnya.
Dewi juga mengenalkan istilah-istilah hukum yang sering digunakan di persidangan. Ia menjelaskan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami siswa. “Misalnya, apa itu dakwaan, bukti, dan saksi. Saya jelaskan pelan-pelan dengan contoh konkret biar anak-anak enggak bingung,” ujarnya.
Suasana semakin seru ketika Alexander berperan sebagai jaksa dalam simulasi persidangan. Ia terlihat percaya diri membaca dakwaan sambil mengenakan toga hitam yang dipinjamkan oleh Dewi. Teman-temannya pun antusias menyaksikan proses simulasi tersebut.
Tidak hanya belajar menjadi jaksa, siswa juga dikenalkan dengan profesi lain yang tak kalah menarik. Selain Dewi, ada dua narasumber lain yang turut hadir, yaitu Lia Catur Muliastuti, SH., M.Kn., sebagai Notaris, dan Dian Tri Wahyuni sebagai pemerhati lingkungan.
Lia Catur Muliastuti memperkenalkan profesi notaris dengan cara yang menyenangkan. Ia menjelaskan tugas notaris dalam pembuatan akta jual beli dan dokumen hukum lainnya. “Anak-anak saya ajak bermain peran sebagai penjual dan pembeli rumah, jadi mereka lebih mudah memahami tugas notaris,” jelas Lia.
Sementara itu, Dian Tri Wahyuni mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan. Ia memberikan contoh kegiatan sederhana yang bisa dilakukan anak-anak, seperti memilah sampah organik dan anorganik serta menanam pohon.
Program “Orang Tua Mengajar di Sekolah” ini merupakan inisiatif SD Islam Primadana untuk mengenalkan profesi kepada siswa sekaligus menanamkan nilai karakter melalui penerapan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat.
Kepala SD Islam Primadana, Musino, SPd, M.Pd, menyampaikan bahwa tujuan utama program ini adalah memperkenalkan profesi kepada siswa agar mereka memiliki cita-cita yang tinggi. “Kami ingin memberi wawasan kepada anak-anak tentang berbagai profesi. Harapannya, mereka terinspirasi dan termotivasi untuk meraih cita-cita,” ujarnya.
Musino menjelaskan bahwa program ini merupakan kolaborasi dengan orang tua siswa untuk mengimplementasikan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat yang digagas Kementerian Pendidikan. “Program ini sudah berjalan sejak 11 Februari dan hari ini merupakan hari terakhir,” katanya.
Ia menambahkan, total ada 460 siswa di 17 kelas yang terlibat dalam program ini. Kegiatan dilaksanakan secara bergiliran mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. “Kami menjadwalkan kegiatan secara berbeda-beda setiap kelas agar semua siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar dari orang tua mereka,” imbuhnya.
Setelah kegiatan selesai, siswa diberi tugas portofolio yang harus diselesaikan di rumah. Mereka diminta untuk menulis laporan kegiatan dan mengaitkannya dengan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat yang telah dipelajari. “Ini cara kami mengukur sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan,” jelas Musino.
Melalui program ini, SD Islam Primadana tidak hanya memperkenalkan profesi kepada siswa, tetapi juga menanamkan nilai karakter dan kebiasaan positif sejak dini. “Kami berharap anak-anak tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat,” pungkas Musino.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait