Saya Tak Boleh Menangis: Jayadi Kenang Hari Paling Mencekam di Lombok 

Taufik Budi
Saya Tak Boleh Menangis: Jayadi Kenang Hari Paling Mencekam di Lombok (Antara)

Bangkit dari Puing, Menjadi Harapan

Tragedi gempa justru menjadi titik balik bagi Jayadi. “Bencana Lombok menyadarkan saya bahwa hidup itu harus berguna untuk keluarga dan masyarakat,” katanya.

Ia terinspirasi oleh banyaknya bantuan dari masyarakat yang datang dalam bentuk air, makanan, hingga selimut. Rasa gotong royong itu membakar tekadnya untuk ikut berkontribusi bagi komunitas.

Jayadi lalu bergabung dalam Sekaa, organisasi berbasis adat yang aktif dalam kegiatan sosial dan budaya. Di sanalah ia belajar menekan ego demi kepentingan bersama.

Dari Tari ke Empati

Sejak kecil, Jayadi menyukai seni tari. Keterbatasan membuatnya tak bisa menekuni dunia seni secara formal. Kini ia mendorong anak-anaknya untuk mendalami seni Bali, terutama tari, sebagai warisan dan pelampiasan ekspresi.

“Saya ingin anak-anak saya tumbuh dengan apresiasi terhadap budaya. Seni bisa jadi penyembuh, sama seperti gotong royong,” ucapnya.

Editor : Enih Nurhaeni

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network