SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Persoalan stunting dan tuberkulosis (TB) masih menjadi tantangan serius dalam pembangunan kesehatan nasional. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menegaskan bahwa Indonesia belum keluar dari status darurat gizi dan penyakit menular.
Ia menyebut prevalensi stunting masih 19,8 persen, sementara Indonesia juga menjadi kontributor kedua kasus TB terbesar di dunia setelah India.
“Ini permasalahan sangat mendasarkan bagi kita. Pertama adalah stunting, prevalensi stunting kita masih 19,8. Hampir 1 anak dari 5 anak lahir di Indonesia adalah stunting. Ini masalah kita bersama,” ujar Pratikno, di sela Workshop Pra-FIT IAKMI yang digelar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Diponegoro (UNDIP), Jumat (31/10/2025).
Selain stunting, Pratikno juga menyoroti penanganan tuberkulosis (TB) yang hingga kini belum menunjukkan penurunan signifikan.
“Yang kedua juga TB ya. TB ini, kita kontributor kedua terbesar di dunia, setelah India. Dan ini juga membutuhkan penanganan yang sangat cepat,” katanya.
Menurutnya, Presiden telah memberikan arahan kepada jajaran kabinet untuk mempercepat penurunan prevalensi dua masalah besar itu, karena keduanya berpengaruh langsung terhadap kualitas generasi mendatang.
Selain dua penyakit utama tersebut, Pratikno mengingatkan masih adanya ancaman penyakit zoonosis, yakni penyakit menular dari hewan ke manusia seperti rabies, flu burung, malaria, dan demam berdarah.
“Kita ini juga masih menghadapi penyakit-penyakit zoonosis yang dari akibat hewan, terutama di Indonesia adalah rabies. Di NTT, kasusnya tinggi,” ungkapnya.
Karena itu, ia menilai pendekatan One Health — yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan — harus diperkuat agar sistem kesehatan lebih tangguh menghadapi wabah baru.
“Oleh karena itu, pentingnya kesehatan manusia itu juga ditangani dengan menangani kesehatan hewan dan juga kesehatan alam yang disebut dengan One Health,” jelasnya.
Menurut Pratikno, tenaga kesehatan masyarakat memiliki peran strategis dalam pendekatan ini karena bersentuhan langsung dengan masyarakat dan memiliki pemahaman sosial, bukan hanya klinis.
“Pendekatan abdi kesehatan masyarakat itu tidak hanya teknis medis, tetapi juga sosial, gaya hidup, dan kesehatan hewan serta lingkungan,” ujarnya.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait
