Tak berselang lama, beberapa orang datang menghampiri dan sosok lelaki tua tersebut memberikan tangan Dewi ke beberapa orang yang baru tiba. Namun Dewi berjalan ke arah berbeda, dan terdapat sosok lelaki berpakaian adat Jawa dengan wajah sedih terus melihat ke arahnya.
“Hingga akhirnya ketika terbangun di pagi hari, saya baru sadar teryata sudah pindah tenda dan beberapa teman menceritakan bahwa saya tiba-tiba keluar tenda melalui pintu belakang,” ujar Dewi.
“Kita semua kira kamu tidur di tenda, dan tidak tahu kalau pintunya ada dua. Soalnya di depan ada Mas Dian masak ayam goreng buat makan. Nah tiba-tiba ada tiga pendaki yang baru sampai nanya ke kita ada rombongan cewek yang keluar tenda gak? Soalnya jalan sendirian,” imbuh dia.
“Nah di situ langsung lihat kamu tidak ada di tenda, akhirnya pada ngejar lari nyariin kamu untungnya belum jauh. Terus dipegang dituntun dimasukin ke tendanya yang satu pintu, biar ada yang jagain,” katanya lagi.
Perjuangan Dewi bersama rekan-rekannya menaklukkan puncak Gunung Lawu akhirnya berhasil. Meski sempat akan menyerah dan kembali turun, namun rekan-rekannya selalu memberi semangat agar bisa meneruskan perjalanan hingga puncak.
“Sesampainya di puncak, spontan aku nangis terus-menerus tanpa henti. Menangis haru bisa melewati semua proses perjalanan yang sangat berat mulai dari melihat hal aneh-aneh, pingsan, jatuh saat menuju puncak, ternyata bisa melalui itu semua rasa syukur tak berkesudahan,” ucapya penuh syukur.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto