Peristiwa misterius itu juga diamini Andrias yang berjalan di depan Dewi.
“Posisi kamu di belakang aku, jalan sudah mulai pelan, tatapan kosong, tengok kanan, tengok kiri terus tiba-tiba kamu jatuh pingsan gak sadar diri,” imbuh Andrias.
“Akhirnya semua pada kumpul, tas kamu dilepas. Terus kamu dicoba dipakaikan jas hujan. Pokoknya di situ semua panik. Kepala kamu di pangkuan Heny, diberikan minyak kayu putih. Terus Bang Nicko dan Bang Budi teriak nanya apa yang dirasa oleh kamu. Semua cemas,” tandasnya meyakinkan.
Pada saat bersamaan, dua orang terdiri bapak dan anak menyusul rombongan tersebut. Keduanya juga sengaja mengejar rombongan itu, karena melihat gelagat aneh Dewi sejak di Pos 4, yang terlihat berteriak-teriak tak jelas.
“Di situ kamu teiak-teriak sambil bilang tidak boleh di sini. Panjang cerita kamu ada teriak-teriak apa gitu. Dan kata Heny, kamu langsung terjatuh dengan mata tertutup dan mengeluarkan air mata, sambil menunduk,” katanya.
“Kedua tangan menutup telinga dan berkata, ‘Suara-suara suara itu kencang sekali, jangan... pergi.. pergi… pergi… pergi…dan terus menangis tanpa henti,’. Semua teman dalam rombongan terus berkata, ‘Buka mata, buka mata Desil (panggilan Dewi Silalahi), ayo buka matanya, buka matanya!” cetusnya.
Hingga akhirnya Dewi tersadar dan bisa melanjutkan perjalanan kembali. Sepanjang perjalanan tangan Dewi dipegang terus oleh Eko untuk menghindari kejadian serupa terulang. Selain itu, mereka juga didampingi seorang porter.
“Saat itu mata saya masih terlihat kosong dan dalam perjalanan sering tiba-tiba mendadak berhenti secara spontan setiap melihat sesuatu. Hingga akhirnya sampai di tempat camp untuk istrahat dan bermalam,” terang Dewi.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto