Gunung Emas di Lereng Ungaran, Tabungan Kecil Anak TK untuk Warisan Masa Depan

Belum Punya KTP
Mengenai teknis tabungan untuk anak TK, Ana menjelaskan bahwa setoran akan dikoordinasi melalui sekolah. “Karena ini bentuk kerja sama korporat, nanti ada PIC (person in charge), yaitu kepala sekolah dan bendahara, yang mengatur. Anak-anak bisa menabung setiap hari lewat sekolah, lalu sekolah yang menyetorkan ke Pegadaian,” katanya.
Meski siswa TK belum memiliki KTP, hal itu tidak menjadi kendala. Rekening bisa dibukakan atas nama orang tua, lalu dikuasakan untuk anak. Sehingga, anak-anak tetap bisa punya Tabungan Emas atas nama keluarganya.
Tujuan utama dari program ini, menurut Ana, adalah menumbuhkan budaya gemar menabung sejak dini sekaligus mendukung misi Pegadaian, yaitu MengEmaskan Indonesia. “Kami ingin membentuk generasi yang terbiasa menabung, bukan hanya di SD atau SMP, tapi dimulai dari TK. Jadi, ketika mereka besar nanti, pola pikir itu sudah tertanam,” katanya.
Emas dipilih sebagai instrumen utama karena memiliki banyak manfaat yang relevan bagi masyarakat. Pertama, emas dikenal sebagai aset dengan karakter zero inflasi. Nilainya cenderung stabil, bahkan naik, sehingga aman disimpan untuk jangka panjang. Kedua, emas merupakan aset riil yang bisa diwariskan lintas generasi, memberi jaminan keberlanjutan bagi keluarga.
Manfaat ketiga, emas mudah diuangkan kapan saja, baik dengan cara digadaikan di Pegadaian maupun dijual kembali. “Di saat mendesak, emas bisa langsung dikonversi menjadi uang tanpa perlu syarat rumit,” jelas Ana.
Keempat, emas juga memiliki keunggulan karena tidak terhubung dengan sistem perbankan. Hal ini menjadikannya instrumen yang inklusif, bisa dimiliki siapa saja, termasuk anak-anak yang belum memiliki identitas resmi.
Kelima, emas dipandang sebagai warisan abadi. Nilainya cenderung naik seiring waktu, sehingga bukan sekadar tabungan, tetapi juga bekal masa depan. “Inilah mengapa kami ingin mengedukasi masyarakat, khususnya generasi muda, agar sejak kecil sudah akrab dengan tabungan emas. Harapannya, budaya menabung ini akan membentuk masyarakat yang lebih bijak dalam mengelola keuangan, sekaligus mengangkat kesejahteraan di masa depan,” tutur Ana mantap.
Pegadaian mencatat, jumlah nasabah aktif per Juni 2025 adalah 1.647.300 nasabah. Jumlah ini mengalami peningkatan sekitar 16,05% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara jumlah total nasabah mencapai lebih dari 28 juta orang.
Ana mengungkap respons masyarakat terhadap Tabungan Emas sangat luar biasa. Jumlah nasabah Tabungan Emas saat ini bahkan lebih banyak dibandingkan nasabah pembiayaan. Per 29 September 2025, tercatat 19.953 nasabah aktif Tabungan Emas, sementara nasabah aktif pembiayaan ada 18.312 orang.
Menurutnya, fenomena ini terjadi karena dua hal. Pertama, banyak nasabah yang sudah menebus pembiayaan namun tetap mempertahankan tabungan emas mereka. Kedua, terdapat pula nasabah yang memang hanya fokus menabung emas tanpa memanfaatkan fasilitas gadai atau pembiayaan di Pegadaian.
“Artinya, Tabungan Emas kini menjadi pilihan utama masyarakat, baik sebagai sarana investasi maupun sebagai tabungan jangka panjang. Kebanyakan juga yang pembiayaan juga sudah kita edukasi untuk punya Tabungan Emas,” bebernya.
Ia juga mendorong nasabah Pegadaian untuk menggunakan sistem digitalisasi. Setiap nasabah diedukasi agar mengunduh aplikasi Pegadaian Digital Service (PDS). Dari aplikasi itu, mereka bisa membuka Tabungan Emas secara gratis, memantau saldo, menabung, bahkan mengakses produk lain.
Editor : Enih Nurhaeni