get app
inews
Aa Text
Read Next : Permenpora 14/2024 Dinilai Bermasalah, KONI Kabupaten Semarang Desak Revisi

Gunung Emas di Lereng Ungaran, Tabungan Kecil Anak TK untuk Warisan Masa Depan

Minggu, 12 Oktober 2025 | 11:25 WIB
header img
Gunung Emas di Lereng Ungaran, Tabungan Kecil Anak TK untuk Warisan Masa Depan. Foto: Taufik Budi

Pohon Uang

Dr. Yanuar Rachmansyah, pakar ekonomi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bank BPD Jateng, menilai gebrakan Pegadaian yang menyasar anak-anak sekolah dengan program Tabungan Emas merupakan sebuah “terobosan baru”. Sejak dini anak-anak, termasuk yang tinggal di lereng Gunung Ungaran, sudah dikenalkan dengan budaya menabung aset yang nilainya terjaga, yakni emas.

“Ini seperti menanam pohon uang sejak kecil. Nanti bisa dipetik ketika mereka kuliah atau memulai usaha. Jadi langkah ini bukan sekadar bisnis, tapi bagian dari misi BUMN untuk membangun generasi yang cerdas finansial,” ujarnya.

Yanuar menambahkan, konsep menabung emas sebenarnya bukan hal asing. Tradisi ini sudah lama diperkenalkan orang tua dan nenek moyang kita sejak zaman dahulu. Hanya saja, kini Pegadaian mengemasnya dengan cara yang lebih modern dan terstruktur.

Program Tabungan Emas juga dianggap sebagai “jembatan keuangan” (financial bridge) bagi masyarakat di wilayah yang jauh dari bank atau terbatas akses internet. Produk ini mudah dipahami, praktis, dan yang terpenting dipercaya masyarakat.

“Emas adalah mata uang universal yang diakui nilainya di mana saja. Jadi, nabung emas bukan hanya menabung, tapi juga membuka akses keuangan formal bagi semua kalangan,” jelas Yanuar.

Menurut Yanuar, Tabungan Emas di sekolah punya potensi menciptakan kesejahteraan jangka panjang. Bayangkan jika setiap keluarga desa menabung sedikit demi sedikit lewat anak-anak mereka yang sekolah. Dalam 5–10 tahun, saldo itu bisa menjadi modal pendidikan, usaha orang tua, atau dana darurat keluarga.

“Nilai waktu uang berlaku di sini. Karena emas tahan inflasi dan nilainya cenderung naik dalam jangka panjang, tabungan ini bisa menjadi jaminan sosial mandiri bagi keluarga,” tegasnya.

Meski demikian, Yanuar mengingatkan bahwa ada risiko memperkenalkan produk keuangan kepada anak-anak. Misalnya, literasi yang masih rendah membuat anak mengira menabung emas sama dengan menabung di celengan, atau orang tua kurang mengawasi sehingga tabungan ditarik untuk keperluan konsumtif.

Untuk itu, ia merekomendasikan beberapa langkah yakni edukasi yang menyenangkan: materi harus disampaikan lewat permainan, video, atau cerita. Keterlibatan orang tua: transaksi untuk anak wajib sepengetahuan dan seizin orang tua, serta Digitalisasi: memanfaatkan aplikasi PDS agar lebih aman, transparan, dan mudah dilacak.

“Dengan cara itu, literasi keuangan bisa dibangun sejak usia dini tanpa kehilangan aspek edukatif dan keamanan,” tandas Yanuar.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Semarang pada tahun 2024 mencapai angka 75,67. Capaian ini meningkat 0,54 poin dibandingkan tahun 2023 yang berada di angka 75,13. Kenaikan itu mencerminkan adanya perbaikan di berbagai aspek pembangunan, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga standar hidup layak.

Rinciannya, angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Semarang tercatat 76,15 tahun, menunjukkan peningkatan kualitas layanan kesehatan. Di bidang pendidikan, rata-rata lama sekolah mencapai 8,16 tahun, sementara harapan lama sekolah juga mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Dari sisi ekonomi, pengeluaran per kapita disesuaikan berada di angka Rp13.377.000 per tahun, yang menunjukkan adanya peningkatan daya beli dan taraf hidup masyarakat.

Dalam kurun 2021–2024, IPM Kabupaten Semarang memperlihatkan tren pertumbuhan konsisten, dengan rata-rata peningkatan 0,53% per tahun. Peningkatan IPM ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dalam mengelola aset dan pendapatan. Literasi keuangan—termasuk kesadaran menabung, berinvestasi, dan mengelola risiko—berperan penting agar standar hidup yang lebih baik tidak hanya bersifat sementara, melainkan berkelanjutan.

Sepanjang jalan menuruni perkampungan Bengkle yang sejuk, mesin motor saya seakan berlari lebih cepat dari biasanya. Bukan karena terburu-buru, tapi karena hati saya begitu bergejolak ingin segera pulang. Terbayang saat membuka pintu rumah, mendapati istri saya tengah menyiapkan bahan ajar untuk murid-murid SD di Ungaran. Dengan penuh semangat saya ingin duduk di sampingnya, lalu bercerita tentang wajah-wajah polos anak TK yang semringah saat memegang buku Tabungan Emas pertama mereka.

Saya tahu, cerita itu akan membuat matanya berbinar. Sebab ia juga sering mengeluhkan betapa pentingnya anak-anak SD dikenalkan pada kebiasaan menabung sejak dini, agar tidak hanya pandai berhitung di kelas, tetapi juga terampil mengelola uang saku. Program ini seperti jawaban atas doa dan harapan para guru agar anak-anak mulai lebih mandiri dan bisa diajak memahami arti investasi kecil yang akan berbuah besar di masa depan.

 

 

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut