DP3A Semarang Ungkap 172 Kasus Kekerasan hingga September, Penculikan Anak Jadi Sorotan

Hilangkan Stigma dan Bangun Empati
Edy menegaskan pentingnya peran media dalam membangun empati publik terhadap korban kekerasan. Menurutnya, pemberitaan yang empatik dan berimbang dapat membantu menghapus stigma sosial yang selama ini melekat pada korban, terutama korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
“Kadang masyarakat masih menstigma korban, seolah perempuanlah yang salah. Padahal mereka adalah pihak yang harus dilindungi. Dengan dukungan media, stigma itu bisa kita turunkan bahkan hilangkan,” tegasnya.
DP3A Semarang juga terus menguatkan pendekatan pelopor dan pelapor di kalangan anak-anak sekolah. Tujuannya, agar setiap anak berani melawan dan melapor ketika melihat atau mengalami tindakan kekerasan.
“Anak-anak harus jadi pelopor dan pelapor. Kalau melihat ada kekerasan atau pelecehan, segera lapor ke guru, orang tua, atau tetangga yang dipercaya,” ujarnya.
Ke depan, DP3A Kota Semarang akan memperluas kolaborasi lintas instansi, termasuk dengan aparat hukum, lembaga pendidikan, serta media massa. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat sistem perlindungan anak dan perempuan di tingkat masyarakat akar rumput.
“Tanpa media, kami tidak bisa apa-apa. Tapi dengan media, seluruh program dan pesan perlindungan perempuan dan anak bisa sampai dengan baik ke masyarakat,” tutur Edy.
Editor : Enih Nurhaeni