DP3A Semarang Ungkap 172 Kasus Kekerasan hingga September, Penculikan Anak Jadi Sorotan

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Semarang terus menunjukkan tren peningkatan. Hingga September 2025, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang mencatat 172 kasus kekerasan, sementara sepanjang tahun 2024 lalu tercatat 256 kasus. Lonjakan angka ini memunculkan kekhawatiran, terlebih setelah muncul kasus penculikan anak sepulang sekolah beberapa waktu lalu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP3A Kota Semarang, Noegroho Edy Rijanto, mengatakan peningkatan angka tersebut tidak selalu menunjukkan hal negatif. Sebaliknya, menurutnya hal ini menandakan kesadaran masyarakat untuk melapor semakin tinggi berkat gencarnya edukasi dan pendampingan dari pemerintah.
“Korban memang semakin meningkat, tapi itu bukan berarti situasi makin buruk. Justru karena kami semakin aktif memberikan informasi dan layanan, masyarakat berani melapor,” ujar Edy, di sela acara Rapat Kerja dan Workshop Media Sapa Kota Semaramg di Bandungan Kabupaten Semarang, Kamis (17/10/2025).
Ia menjelaskan, setiap laporan yang masuk akan langsung ditangani tim DP3A tanpa menunggu waktu lama. Bahkan, laporan yang diterima malam hari akan langsung ditindaklanjuti malam itu juga.
“Begitu laporan masuk, kami langsung datang ke lokasi. Tidak menunggu besok pagi. Pendampingan dilakukan hingga kasus tuntas, mulai dari asesmen, visum di RS, hingga proses hukum di kepolisian,” jelasnya.
Kasus Penculikan Anak
Edy juga menyoroti meningkatnya kasus penculikan dan pelecehan terhadap anak, terutama yang terjadi di luar jam sekolah. Menurutnya, mayoritas kasus berlangsung ketika anak-anak sudah tidak lagi berada di bawah pengawasan guru atau orang tua.
“Kasus penculikan atau pelecehan sering terjadi di luar jam sekolah. Pelaku memanfaatkan kelengahan pengawasan. Karena itu kami bekerja sama dengan kepolisian agar kasus serupa bisa dicegah,” ujarnya.
Salah satu kasus terbaru yang terjadi di kawasan Gunungpati, kata Edy, menjadi contoh bahwa pelaku kini semakin berani. Namun, kerja cepat antara aparat kepolisian dan tim DP3A berhasil mengamankan pelaku dan melakukan pemulihan mental terhadap korban.
Editor : Enih Nurhaeni