Teknologi ini dirancang efisien, mudah dipindahkan, dan menghasilkan limbah minimal. Ini menjadikannya solusi ideal untuk kawasan kepulauan seperti Maluku, yang masih menghadapi keterbatasan infrastruktur air bersih.
Gubernur Hendrik berharap kerja sama lebih lanjut dapat dilakukan antara Undip, ANU, dan institusi pendidikan tinggi di Maluku. “Ke depan, kami berharap ada kolaborasi antara Undip, ANU, dan institusi pendidikan tinggi di Maluku. Tujuannya adalah membekali putra-putri kami agar menguasai teknologi ini, sehingga dalam jangka panjang kami memiliki SDM lokal yang mampu mengoperasikan fasilitas ini secara mandiri,” tambahnya.
Menurut Wakil Rektor IV Undip, kunjungan ini menjadi langkah strategis untuk mendorong sinergi antara akademisi, pemerintah, dan mitra internasional dalam memecahkan persoalan air bersih di Indonesia bagian timur. Selain transfer teknologi, Undip juga membuka peluang pelatihan dan pengembangan kapasitas SDM bagi daerah-daerah yang tertarik menerapkan teknologi tersebut.
Kepala Badan Pengelola Kampus Undip Jepara, Prof. I Nyoman Widiasa, menambahkan bahwa sejak awal teknologi ini dikembangkan memang untuk menjawab tantangan nyata masyarakat pesisir. “Kita tidak bisa hanya bicara teori, tapi harus mampu memberikan solusi praktis. Teknologi ini adalah bukti nyata kontribusi perguruan tinggi,” katanya.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait
