Local Hero
Lebih lanjut, Artanto menyoroti pentingnya peran Bhabinkamtibmas dalam memahami persoalan pertanian, termasuk kendala klasik seperti ketersediaan pupuk. Ia menilai, kedekatan Brigadir Sufiana dengan warga membuat petani lebih nyaman dan terbantu.
“Polisi sekarang juga harus tahu soal pertanian. Termasuk bagaimana mendampingi warga mengakses pupuk yang sering kali jadi masalah utama,” katanya. “Dengan pendampingan seperti ini, petani bisa tanam tepat waktu karena ketersediaan pupuk dibantu,” tambahnya.
Terkait tugas Brigadir Sufiana, Artanto menyebut pihaknya akan memberikan perhatian khusus. Ia juga memastikan program-program Polri yang mendekati elemen masyarakat seperti Police Goes to School atau Police Goes to Campus, dan kegiatan-kegiatan di kelurahan akan terus berlanjut.
“Usulan agar beliau tidak dipindah dulu sudah kami terima. Akan kami sampaikan ke pimpinan, karena ini menyangkut kelanjutan program yang berdampak besar,” ucapnya.
“Prinsipnya, polisi hadir di semua elemen. Baik ke pemuda, ibu-ibu, sampai anak-anak sekolah. Kami berikan edukasi soal Kamtibmas. Apalagi sekarang ini kejahatan bisa terjadi dengan cepat, bahkan siswa bisa jadi korban atau pelaku,” tegasnya.
Program Saling Silang Pangan Bergizi yang digagas Brigadir Sufiana juga mendapat apresiasi dari kalangan akademisi. Sosiolog Universitas Negeri Semarang (Unnes), Fulia Aji Gustaman, M.A., menilai program tersebut merupakan bentuk nyata dari gerakan sosial berbasis ketahanan pangan yang perlu didukung secara luas.
Menurut Fulia, ketahanan pangan menjadi isu penting bagi Indonesia sebagai negara agraris. Oleh karena itu, setiap inisiatif yang berfokus pada penguatan sektor pertanian dan pangan perlu disambut positif.
“Ketahanan pangan itu jadi fondasi. Maka ketika ada program yang menyoroti dan menindaklanjuti soal pangan, hal tersebut harus kita respons dengan baik, bahkan berlebih,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa belakangan ini makin banyak gerakan sosial mandiri muncul di masyarakat, terutama di wilayah pedesaan dan perkotaan. Inovasi seperti urban farming, pengolahan hasil tani, hingga edukasi pertanian adalah contoh nyata bahwa kesadaran pangan terus berkembang.
“Sekarang banyak yang melaksanakan urban farming secara mandiri, juga dari instansi seperti kampus melalui edu farming. Itu semua sistem yang tumbuh secara alami, digerakkan oleh kesadaran bersama,” kata Fulia.
Yang menarik, lanjutnya, inisiatif kali ini justru datang dari institusi keamanan. Namun, hal itu menurutnya bukan sesuatu yang aneh atau harus dipertanyakan.
“Program ini dilakukan oleh Bhabinkamtibmas. Itu sah saja, karena polisi juga bagian dari masyarakat. Jangan lihat seragamnya—apakah dia polisi, tentara, dosen—tetapi lihat bahwa mereka memiliki tanggung jawab sosial sebagai warga,” tegasnya.
Fulia menambahkan, di tengah tantangan global dan potensi krisis pangan, Indonesia harus tetap siaga. Ia menyebut bahwa kelaparan di negara agraris adalah ironi yang seharusnya tidak terjadi. Karena itu, ia menilai sosok seperti Brigadir Sufiana adalah “local hero” yang patut diapresiasi.
“Kalau seseorang sadar akan tanggung jawab itu, lalu bergerak, maka ia menjadi pahlawan lokal. Dan ini penting bagi bangsa kita,” tambahnya.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait