get app
inews
Aa Text
Read Next : Akses ke Karimunjawa Makin Mudah, KAI Dorong Wisata Terpadu Lewat Stasiun Semarang

Gadis Berkebaya di Stasiun Tuntang, Angkat Pesona Klasik dan Pakem Tradisi Keraton

Minggu, 13 Juli 2025 | 20:59 WIB
header img
Gadis Berkebaya di Stasiun Tuntang, Angkat Pesona Klasik dan Pakem Tradisi Keraton. Foto: Ist

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Stasiun Tuntang di Kabupaten Semarang akhir pekan ini berubah menjadi panggung budaya klasik yang sarat pesona. Sebanyak 35 gadis dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tampil menawan dalam balutan kebaya kutubaru dalam ajang Pemilihan Putri Kebaya Klasik 2025, yang digelar pada 5–6 serta 12–13 Juli 2025.

Berbeda dengan lomba busana modifikasi atau kontes fesyen modern, ajang ini berorientasi pada pakem “royal court” gaya Surakarta dan Yogyakarta yang menjunjung tinggi kesederhanaan, keanggunan, dan kesopanan. Kebaya klasik yang dikenakan tidak menonjolkan kemewahan, melainkan justru menggambarkan filosofi dan etika busana wanita Jawa masa lalu.

“Ini adalah kebaya klasik yang tidak menonjolkan kemewahan. Acuannya pakem royal court, baik Surakarta maupun Jogjakarta. Kita ingin anak-anak muda mengenal filosofi dan estetika dalam busana tradisional yang penuh makna,” jelas Alexander Prayogo, Mitra KAI Wisata sekaligus penyedia kesenian dalam acara ini.

Alexander mengungkapkan, pemilihan Stasiun Tuntang sebagai lokasi bukan tanpa alasan. Stasiun berarsitektur kolonial yang masih otentik itu dianggap mampu merepresentasikan suasana Jawa klasik.

“Bisa jadi dulu orang-orang saat ke stasiun juga memakai pakaian tradisional seperti ini. Kita ingin menghadirkan kembali atmosfer masa lalu itu ke Stasiun Tuntang,” tuturnya.

Para finalis berjalan di peron stasiun, menyusuri jalur yang berdekatan dengan area pedagang makanan tradisional, hingga ke depan coffee shop yang dijadikan titik penilaian dewan juri. Nuansa budaya pun terasa menyatu antara penampilan peserta, suasana heritage, dan aktivitas masyarakat.

Salah satu dewan juri dalam acara ini, Chatarina Sri Widayati, perias kebaya pakem gaya Solo dan Yogyakarta, menekankan pentingnya ketepatan unsur-unsur kebudayaan dalam penilaian.

“Final akan digelar tanggal 27 Juli. Penilaian dimulai dari etika peserta memperkenalkan diri, karena sebagai orang Jawa itu hal utama. Lalu keluwesan dalam berjalan, keserasian kebaya, selendang, jarik, hingga sandal. Bahkan sanggul dan make-up pun dinilai,” ujar Chatarina.

Ia menambahkan, jika peserta memilih pakem Solo, maka harus lengkap sesuai gaya Solo, dari kebaya kutubaru berbahan katun polos atau kembang, jarik corak Solo, hingga sanggul yang ditusuk konde khas.

"Tidak boleh dicampur dengan brokat atau gaya luar pakem," tegasnya.

Ajang ini terbuka untuk umum dengan biaya pendaftaran hanya Rp50.000, sudah termasuk tiket masuk dan konsumsi ringan. Tiga peserta terbaik akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai, piala, dan sertifikat: Juara 1 Rp1.000.000, Juara 2 Rp700.000, dan Juara 3 Rp500.000.

Acara ini juga mendapat dukungan dari kalangan akademisi. Prof. Dr. Theresia Woro Damayanti, S.E., M.Si., Akt., CA, Guru Besar Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang turut hadir, memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan lomba.

“Ini luar biasa. Kita harus mempertahankan budaya karena dari sanalah akar kita. Anak-anak muda jangan sampai melupakan budaya sendiri di tengah arus modernisasi. Kalau tak mengenal budaya, nilai-nilai seperti etika, unggah-ungguh, dan sopan santun bisa hilang. Padahal budaya itu punya ruh yang tak tergantikan,” ujarnya.

Prof. Theresia juga mendorong agar kegiatan semacam ini bisa digelar rutin sebagai bagian dari pendidikan karakter berbasis budaya.

Ajang Pemilihan Putri Kebaya Klasik 2025 ini merupakan hasil kolaborasi antara KAI Wisata, Kebaya Foundation, dan Museum Kereta Api Ambarawa. Dengan latar stasiun klasik yang otentik, para peserta tampil dalam perpaduan batik, kebaya kutubaru, dan sanggul klasik—menciptakan momen nostalgia yang sarat nilai dan keindahan.

Melalui kegiatan ini, warisan budaya tak hanya dipamerkan, tapi juga dihidupkan kembali dengan penuh penghormatan. Sebuah langkah nyata untuk menyulam kembali kebanggaan akan tradisi dalam napas kekinian.

 

 

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut