Gadis Berkebaya di Stasiun Tuntang, Angkat Pesona Klasik dan Pakem Tradisi Keraton

Taufik Budi
Gadis Berkebaya di Stasiun Tuntang, Angkat Pesona Klasik dan Pakem Tradisi Keraton. Foto: Ist

Para finalis berjalan di peron stasiun, menyusuri jalur yang berdekatan dengan area pedagang makanan tradisional, hingga ke depan coffee shop yang dijadikan titik penilaian dewan juri. Nuansa budaya pun terasa menyatu antara penampilan peserta, suasana heritage, dan aktivitas masyarakat.

Salah satu dewan juri dalam acara ini, Chatarina Sri Widayati, perias kebaya pakem gaya Solo dan Yogyakarta, menekankan pentingnya ketepatan unsur-unsur kebudayaan dalam penilaian.

“Final akan digelar tanggal 27 Juli. Penilaian dimulai dari etika peserta memperkenalkan diri, karena sebagai orang Jawa itu hal utama. Lalu keluwesan dalam berjalan, keserasian kebaya, selendang, jarik, hingga sandal. Bahkan sanggul dan make-up pun dinilai,” ujar Chatarina.

Ia menambahkan, jika peserta memilih pakem Solo, maka harus lengkap sesuai gaya Solo, dari kebaya kutubaru berbahan katun polos atau kembang, jarik corak Solo, hingga sanggul yang ditusuk konde khas.

"Tidak boleh dicampur dengan brokat atau gaya luar pakem," tegasnya.

Editor : Enih Nurhaeni

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network