Mengenal Karakter Tambak
Syahid mengatakan bahwa ketelitian dalam memantau salinitas menjadi kunci suksesnya. Ia mencontohkan, bila kadar garam terlalu rendah — misalnya di bawah 15 g/kg — maka kristal tidak akan terbentuk sempurna, sementara bila terlalu tinggi atau terjadi penguapan terlalu cepat, garam bisa menjadi rapuh dan bercampur kotoran.
“Kuncinya sabar dan peka sama air. Alat cuma bantu baca angka, tapi kita tetap harus kenal karakter tambak sendiri,” ujarnya.
Salinitas air laut rata-rata global berada di kisaran 35 g/kg. Nilai ini menunjukkan jumlah total garam terlarut dalam setiap kilogram air laut. Di daerah pantai atau muara sungai, nilai salinitas cenderung lebih rendah karena campuran air tawar dari sungai dapat menurunkan kadar garam hingga di bawah 20 g/kg.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pengukuran kadar garam secara presisi menjadi salah satu indikator utama dalam program Peningkatan Mutu Garam Rakyat (PMGR). Program ini bertujuan agar garam produksi rakyat memiliki kadar NaCl minimal 97% sehingga memenuhi standar industri pangan dan farmasi.
Sementara itu, Faizun (47), petani garam senior di Babalan, sudah lebih dari 20 tahun menekuni pekerjaan ini. Ia mulai sejak awal 1990-an, saat harga garam masih dihitung recehan. “Susah, tapi nikmat. Kalau panen, garuk-garuk, lihat garam putih menumpuk, rasanya puas,” ujarnya.
Ia bisa memanen dua hingga tiga hari sekali, tergantung luas lahan. “Kalau lahannya besar, tiap hari bisa panen. Tapi kalau kecil, ya sabar. Dua hari baru panen lagi,” ujarnya.
Harga garam, menurut Faizun, kini relatif stabil di kisaran Rp65.000–Rp80.000 per karung, tergantung kualitas. “Dulu pernah sampai Rp150.000, tapi sekarang jarang. Tapi tetap lumayan buat biaya sekolah anak,” katanya. Ia mengaku kini banyak anak muda mulai turun ke tambak.
“Anak-anak muda sekarang banyak ikut bantu, apalagi kalau musim panen. Lumayan buat tambahan penghasilan,” ujarnya.
Dari para petani itu, saya menuju kantor Desa Babalan, menemui Ahmad Rofiq, Sekretaris Desa yang sudah lama memantau geliat ekonomi garam di wilayahnya. Ia juga memiliki lahan tambak garam seluas lebih dari 5 hektare yang digarap bersama petani lokal.
“Desa Babalan ini termasuk penghasil garam terbesar di Jawa Tengah,” ujarnya membuka pembicaraan. Berdasarkan data desa, luas tambak garam mencapai 630 hektare, dengan 889 petani aktif yang bekerja di lahan-lahan pesisir.
“Tahun 2024 kami dapat bantuan dari pemerintah berupa plastik geomembran dan mesin sedot. Harapannya, hasil garam bisa lebih cepat dan kualitasnya lebih baik,” jelas Rofiq.
Ia menambahkan, pelatihan juga rutin dilakukan untuk meningkatkan keterampilan petani. “Kami kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), terutama Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut. Mereka memberi pelatihan cara memproduksi garam lebih higienis dan cepat panen,” tuturnya.
Rata-rata produksi garam di tambak warga berkisar 70 ton per hektare. Namun, tahun ini produksi sedikit menurun. “Ini kemarau basah, jadi kualitas garam agak turun. Tapi kalau tahun lalu, kemarau panjang, hasilnya bagus banget,” tambahnya.
Rofiq menyebut pasar garam Babalan cukup luas, hingga ke Jakarta dan Lampung. “Kualitasnya disukai, karena kadar NaCl tinggi, warnanya putih bersih. Jadi dari sisi mutu, garam Babalan bisa bersaing,” katanya.
Produksi garam nasional Indonesia mengalami fluktuasi dalam tiga tahun terakhir. Pada 2023, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat capaian produksi mencapai 2,5 juta ton, jauh melampaui target awal sebesar 1,7 juta ton.
Capaian ini sempat menjadi kabar baik bagi sektor pergaraman rakyat karena menunjukkan potensi besar yang dimiliki pesisir-pesisir penghasil garam seperti Demak, Pati, Rembang, dan Madura. Namun, pada tahun berikutnya, 2024, realisasi produksi justru mengalami penurunan signifikan menjadi 2,04 juta ton, meskipun masih sedikit di atas target tahunan yang dipatok sebesar 2 juta ton.
Penurunan produksi ini disinyalir disebabkan oleh cuaca yang kurang bersahabat, di mana musim hujan datang lebih awal dan durasi kemarau lebih pendek. Selain itu, masih banyak tambak rakyat yang menggunakan sistem tradisional tanpa perlindungan terhadap hujan mendadak, sehingga proses kristalisasi garam terganggu.
Menghadapi tantangan tersebut, pemerintah menetapkan target produksi garam nasional pada 2025 sebesar 2,25 juta ton, atau meningkat sekitar 10 persen dibandingkan realisasi 2024. Target ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan menuju swasembada garam nasional pada 2027, sebagaimana tertuang dalam kebijakan percepatan pergaraman nasional yang diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2025.
KKP juga mencatat, sekitar 60% produksi garam nasional masih berasal dari Pulau Jawa, dan Kabupaten Demak termasuk kontributor penting di Jawa Tengah bersama Rembang dan Pati. Dukungan diberikan melalui pelatihan, penyediaan sarana prasarana, hingga integrasi rantai pasok dengan industri.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait