Syarifuddin mengatakan bahwa program revitalisasi bahasa daerah ini tidak hanya semata-mata ditujukan untuk lomba. Namun, diharapkan revitalisasi bahasa daerah ini juga dapat menjembatani siswa dalam mengenal lebih dekat bahasa daerahnya.
"Festival Tunas Bahasa Ibu bukan tujuan utama, tetapi bagaimana mendekatkan siswa kepada bahasa daerahnya, dalam hal ini bahasa Jawa, dengan cara menggunakan bahasa daerah ini melalui materi-materi yang diberikan. Festival Tunas Bahasa Ibu dimaksudkan sebagai apresiasi saja, selebrasi saja,” terangnya.
Sementara itu, Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Pemodernan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Shintya, M.S., mengatakan bahwa terdapat tujuh materi dalam acara yang digelar selama enam hari itu
"Tujuh materi ini nantinya menjadi tujuh mata lomba dalam FTBI yang akan diselenggarakan di Jepara,” kata Shintya.
Ketujuh materi itu, lanjut Shintya, adalah membaca dan menulis aksara Jawa, mendongeng, berpidato, menulis cerkak, menembang macapat, membaca geguritan, serta komedi tunggal (stand up comedy).
“Ketujuh materi itu disampaikan oleh para pakar atau narasumber yang berasal dari akademisi, praktisi, peneliti, sastrawan, seniman, dan komika. Para peserta bimtek akan dibekali materi yang sangat bermanfaat dalam rangka revitalisasi bahasa daerah melalui jalur sekolah atau lembaga pendidikan,” jelasnya.
Shintya menambahkan bahwa peserta Bimtek Pengajar Utama Tingkat SD tersebut terdiri atas 140 guru dan pengawas sekolah dasar yang berasal dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
“Harapan kami, guru dan pengawas yang kami latih ini bisa mendiseminasikan atau mengimbaskan kepada teman sejawat guru di lingkungan pendidikan wilayah masing-masing dan peserta didik sekolah dasar,” ungkapnya.
Editor : Enih Nurhaeni