KENDAL, iNewsJoglosemar.id – Di tengah sejuknya udara pegunungan dan panorama indah Gunung Ungaran, berdiri sebuah Kafe Angkringan Pucu'e, Kendal, yang tak hanya menawarkan kelezatan sajian kopi. Angkringan ini memanfaatkan aliran air dari pegunungan sebagai sumber listrik untuk operasionalnya, menciptakan harmoni antara alam dan teknologi.
Kafe ini berlokasi di Dusun Gunungsari, Desa Ngesrepbalong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, lereng Gunung Ungaran. Selain menawarkan berbagai pilihan kopi yang diseduh dengan penuh kesempurnaan, kafe ini juga menyajikan beragam menu tradisional untuk dinikmati di suasana pegunungan yang tenang dan damai.
Namun, yang membuat kafe angkringan ini begitu istimewa adalah pemanfaatan aliran air dari pegunungan sebagai pembangkit listrik mikrohidro. Teknologi ini digunakan untuk menerangi kafe serta menyuplai energi bagi peralatan yang digunakan di sana, termasuk Power Drying Dome atau Kubah Pengering Kopi.
"Saya ingin menghadirkan kafe yang tidak hanya menyajikan kopi nikmat, tetapi juga mengajak pengunjung untuk lebih dekat dengan alam," ujar pengelola kafe Pucu’e Kendal, Wahyudi, Sabtu (24/8/2024).
Dengan memanfaatkan energi terbarukan, kafe ini menjadi contoh bahwa bisnis dapat berjalan berkelanjutan tanpa harus mengorbankan lingkungan. Dia juga mengedukasi anak-anak muda dan petani kopi di daerahnya, bila lingkungan terjaga maka masyarakat juga akan dijaga oleh lingkungan.
"Dengan menggunakan tenaga air sebagai sumber listrik, kami berusaha menunjukkan bahwa kita bisa menjalankan usaha sambil tetap menjaga keseimbangan lingkungan," lanjutnya.
Wahyudi menyampaikan, memulai perjalanan inspiratifnya di dunia kopi dengan tujuan besar, yakni menjaga warisan pertanian kopi di Dusun Gunungsari. Menurutnya, pada tahun 2016, ada kekhawatiran bahwa kopi lokal akan hilang karena generasi muda tidak tertarik lagi untuk bertani.
“Ada orangtua yang bilang kopi sini akan hilang, karena anak mudanya nggak mau bertani,” ungkap Wahyudi.
Tahun 2017 menjadi titik awal baginya terjun langsung ke dunia pertanian kopi. Ia tidak hanya memanen biji kopi, tapi juga memprosesnya sendiri di depan rumah. “Saya mulai proses menjemur, mengolah, di depan rumah saya. Jadi tidak langsung menjual. Meski banyak yang bilang, kok repot-repot karena biji kopi yang dipanen bisa langsung dijual,” lanjut Wahyudi.
Namun, langkahnya yang tidak biasa justru menarik perhatian anak-anak muda di sekitar. Mereka mulai tertarik pada proses pengolahan kopi, dan beberapa dari mereka bahkan datang membantu. “Tantangan-tantangan itu ternyata membuat anak-anak muda tertarik. Ada yang datang pagi dan sore hari, membantu proses penjemuran,” kata Wahyudi.
Kafe Kopi Pucu'e Kendal berdiri pada masa pandemi Covid-19, berkat ketertarikan anak-anak muda pada dunia saji kopi. "Saya ajari mereka proses saji kopi yang sederhana yang saya tahu, dan alhamdulillah sekarang teman-teman lebih pintar daripada saya. Kini setidaknya ada enam pemuda sini yang ikut bekerja di kafe," katanya bangga.
Wahyudi juga berbagi pengalaman mengenai tantangan dalam mengedukasi petani kopi lokal tentang pentingnya pertanian organik. “Tantangannya cukup banyak, terutama ketika saya memilih tidak menggunakan pupuk kimia atau menyemprot rumput. Edukasinya memakan waktu lama, tapi akhirnya terlihat hasilnya,” jelas Wahyudi.
Editor : Enih Nurhaeni