Dari KUR BRI ke Radio Streaming: Kisah Disabilitas Menembus Batas Keterbatasan

Membangun Difamart
Dalam menjalankan bisnisnya, Pak Jack juga melibatkan teman-teman difabel lainnya. Dengan cara ini, ia tidak hanya menjalankan bisnis, tetapi juga membuka peluang bagi sesama penyandang disabilitas untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
“Kalau pesanan sedikit, saya kerjakan sendiri. Tapi kalau banyak, saya ajak teman-teman difabel untuk membantu,” jelasnya.
Pak Jack kini tengah menyiapkan inovasi baru dengan memanfaatkan motor roda tiga yang diperoleh dari bantuan Kementerian Sosial. Motor tersebut akan digunakan sebagai sarana berjualan produk-produk kerajinan hasil karya para difabel, dalam konsep yang ia sebut sebagai "Difamart."
"Difamart ini nantinya akan menjadi ajang untuk mengangkut, memamerkan, sekaligus menjual hasil karya teman-teman difabel," ujar Pak Jack. Bersama rekan-rekannya, ia berencana untuk mendatangi berbagai lokasi strategis dan tempat keramaian agar produk-produk mereka semakin dikenal luas.
“Karya dari kita itu banyak, mulai dari kerajinan tangan hingga aneka makanan olahan. Soal rasa, dipastikan tidak kalah dengan produk lainnya,” tambahnya. Pak Jack berharap konsep ini bisa menjadi inspirasi bagi difabel lain agar semakin berani berwirausaha dan mampu mandiri secara ekonomi.
Keberhasilan Pak Jack dalam mengembangkan usahanya tidak lepas dari prinsip hidup yang selalu ia pegang teguh: bersyukur. “Kuncinya satu, hiduplah untuk bersyukur. Apapun hasilnya, kita harus sering mengucapkan syukur. Dengan begitu, kita bisa menghilangkan rasa iri, dengki, dan pikiran negatif lainnya,” katanya.
Ke depan, Pak Jack berharap dapat terus mengembangkan usahanya dan membantu lebih banyak penyandang disabilitas agar bisa mandiri secara ekonomi. “Saya ingin teman-teman difabel tahu bahwa kita juga bisa sukses, asalkan kita mau berusaha dan tidak mudah menyerah,” katanya.
Wadah Inklusif
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, menyampaikan bahwa pihaknya tengah membina lebih dari 7.000 UMKM dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Dari jumlah tersebut, sekitar 3.000 UMKM berasal dari Kota Semarang. Rumah BUMN secara rutin menggelar pelatihan bagi UMKM agar bisa naik kelas.
Selain itu, Rumah BUMN juga bersifat inklusif, karena dapat diikuti oleh pelaku UMKM difabel. Mereka tetap mendapatkan hak yang sama untuk ikut pelatihan, pameran, hingga layanan digital seperti QRIS dan BRImo.
“Di Rumah BUMN Semarang, kami mengadakan berbagai pelatihan, mulai dari pemasaran digital, pengelolaan keuangan, peningkatan kualitas produk, hingga strategi ekspor ke pasar global,” ujar Endang. Ia menambahkan bahwa Rumah BUMN Semarang merupakan salah satu dari 54 titik yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan tujuan mendorong UMKM agar bisa go modern, go online, go digital, dan go export.
Editor : Enih Nurhaeni