get app
inews
Aa Text
Read Next : Gubernur Jateng: UMKM Butuh Pinjaman Murah, Bukan Pinjol Ilegal

Batik dan Perca Menjadi Bahasa Desainer Gadis Disabilitas Madina Salma

Minggu, 13 April 2025 | 20:39 WIB
header img
Batik dan Perca Menjadi Bahasa Desainer Gadis Disabilitas Madina Salma (Taufik Budi)

SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID – Semangat berkarya tak mengenal batas bagi seorang gadis disabilitas Madina Salma Suraya. Di usia 28 tahun, perempuan asal Pedurungan Semarang ini menjadi salah satu desainer sekaligus dressmaker yang terus menembus batas keterbatasan.

Mengusung brand Madina Salma, ia telah menekuni dunia fesyen sejak 2022 dan kini dikenal luas melalui lini busana ready to wear yang estetik dan sarat makna. Produk-produk Madina tak hanya cantik secara visual, tetapi juga memiliki kekhasan tersendiri. Ia konsisten menggunakan batik dan kain perca dalam banyak rancangannya.

“Batik itu identitas budaya, dan kain perca menurut saya simbol keberlanjutan. Potongan-potongan kain yang dianggap sisa itu justru bisa jadi karya yang bermakna,” kata Madina, Selasa (11/2/2025).

Bagi Madina, perca bukan hanya bahan tambahan, melainkan elemen penting yang menyampaikan filosofi tentang harapan dan kehidupan baru. Kombinasi itu menjadi ciri khas busana rancangannya, mulai dari outer, kemeja kerja, hingga gaun pengantin yang ia buat secara custom untuk konsumen.

Ciri khas inilah yang membuat produk Madina Salma tak hanya menarik dari segi estetika, tetapi juga memiliki kedalaman nilai budaya dan sosial. Menurutnya, setiap kain punya cerita dan jejak, yang bisa dirangkai ulang dalam bentuk baru tanpa kehilangan makna awalnya.

Ketertarikannya pada fesyen berawal dari sang tante yang juga seorang desainer. Usai lulus dari SMA Islam Sultan Agung Semarang jurusan IPA, Madina mendapatkan hadiah mesin jahit pertamanya. Dari situ ia mulai belajar secara otodidak lewat YouTube, hingga akhirnya mendirikan brand sendiri.

“Saya mulai dari rumah, cuma punya mesin satu. Dulu hanya bikin pesanan tetangga. Tapi saya suka, dan terus belajar. Lalu tahun 2022 saya mulai serius, bikin brand sendiri,” kenangnya.

Kini, Madina mengelola bisnisnya bersama lima orang karyawan. Menariknya, salah satu di antaranya juga penyandang disabilitas tuli, yang merupakan adik kelasnya. Baginya, bekerja bersama teman disabilitas lain bukan hanya soal pemberdayaan, tapi juga membangun lingkungan yang saling memahami.

Proses pemesanan produk dilakukan sebagian besar melalui Instagram, mulai dari konsultasi desain hingga pengukuran. Konsumen bisa datang langsung ke tempat produksinya atau mengirim ukuran secara mandiri.

“Kalau pengukuran bisa dilakukan sendiri di rumah, tinggal dikirim via chat, nanti langsung saya buatkan,” ujar Madina.

Dalam proses itu, komunikasi jadi kunci. Meski belum bisa bahasa isyarat, Madina mengandalkan tulisan dan membaca gerak bibir untuk memahami kebutuhan pelanggan. “Kalau lewat teks aman. Kadang mama atau saudara juga bantu mendampingi kalau saya kesulitan,” katanya.

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut