Patung Perunggu Soekarno–Hatta Rp1,8 Miliar Jadi Ikon Baru Kabupaten Semarang

Selain itu, Ngesti menyampaikan keluarga tersebut juga membiayai restorasi Monumen Palagan Ambarawa sebesar Rp600 juta, serta menghibahkan patung dr. Tjipto Mangunkusumo di makam tokoh nasional tersebut di Ambarawa. Ia berharap, kontribusi tersebut bisa menginspirasi generasi muda untuk mencintai sejarah dan seni budaya lokal.
“Kami mendoakan beliau sekeluarga senantiasa diberikan kesehatan, rezeki yang melimpah, dan terus berkarya untuk membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang. Beliau tidak hanya pelukis lokal tapi juga internasional. Karya-karyanya sangat bagus dan ini menjadi aset kebanggaan pemerintah daerah,” lanjutnya.
Patung ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian penyambutan Bulan Bung Karno yang jatuh pada setiap bulan Juni. Peresmiannya pada 1 Juni bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, diharapkan mampu memperkuat nilai-nilai Pancasila, semangat kebangsaan, serta kesadaran sejarah di kalangan warga, khususnya generasi muda Kabupaten Semarang.
“Ini menjadi semangat kita dalam rangka bersama-sama menghidupkan nilai-nilai Pancasila di Kabupaten Semarang dan di negara kita,” tandasnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Wiwin Sulistyowati, menekankan bahwa restorasi dan pemasangan patung ini tidak hanya ditujukan untuk keindahan ruang publik, tetapi juga sebagai sarana edukasi sejarah.
“Ada temanya, baik lukisan maupun patung-patung ini. Misalnya di Monumen Palagan Ambarawa, dikisahkan pertempuran yang terjadi di sana. Gereja Jago yang terkena ledakan digambarkan sebagaimana aslinya. Ini penting agar generasi muda tahu sejarahnya,” jelas Wiwin.
Seniman RA Nugroho Adi yang menjadi tokoh utama dalam proyek ini menjelaskan bahwa patung Soekarno–Hatta dibuat dengan niat murni sebagai bentuk sumbangsih anak bangsa.
“Sebagai anak bangsa, ya kami memberikan dan menghibahkan kepada Pemerintah Kabupaten Semarang. Ini bentuk sumbangsih kami. Pembuatan patung ini kami lakukan bersama saudara-saudara saya, yang semuanya adalah seniman pematung,” ungkap Nugroho Adi.
Editor : Enih Nurhaeni