Transformasi ini tak lepas dari peran Emy Marliyana, Ketua Tim Penggerak PKK Desa Cabean. Ia menjadi motor penggerak yang memastikan para kader, bidan, dan perangkat desa siap menghadapi perubahan.
“Di Desa Cabean ada enam Posyandu aktif. Setiap pos diberi nama bunga, di antaranya Pos 1 Kenanga, Pos 2 Cempaka, Pos 3 Bougenvile, Pos 4 Mawar, Pos 5 Flamboyan, dan Pos 6 Anggrek. Masing-masing pos dibantu dua kader PKK, jadi total ada dua belas kader yang ikut turun langsung setiap kegiatan.”
Menurut Emy, perubahan paling terasa sejak SiCandu digunakan adalah efisiensi dan ketepatan data. Program itu juga mampu menampilkan data anak yang berisiko stunting secara otomatis, sehingga penanganan bisa dilakukan lebih cepat.
“Sebelumnya, angka stunting kami masih delapan anak. Kini, jumlahnya turun menjadi enam,” tuturnya.
Perempuan yang memiliki balita 4 tahun itu menekankan bahwa penurunan ini bukan semata karena teknologi, melainkan hasil kerja bersama — kader, bidan, PKK, dan masyarakat — yang kini punya data lebih akurat untuk bertindak.
Kehadiran warga di Posyandu pun meningkat signifikan. Warga yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian dan peternakan kini lebih aktif mengikuti kegiatan Posyandu karena bisa memantau jadwal dengan mudah.
“Dulu kehadiran masih belum optimal sasarannya, karena banyak yang lupa jadwal. Terakhir kemarin 1 Oktober di Pos 6 Anggrek, 8 Oktober Pos 5. Terdekat 15 Oktober di Pos 3 Balai Desa, 16 Oktober Pos 2 Cempaka, 17 Oktober di Pos 4, dan 22 Oktober di Pos 1 Kenanga,” ujarnya.
“Sekarang, dengan pemberitahuan digital di SiCandu, kehadiran bisa lebih meningkat di setiap siklus.”
PKK, lanjutnya, juga ikut membantu memindahkan data dari buku ke sistem digital. Setiap pos memiliki admin kunci dari kader Posyandu, dan PKK siap membantu jika ada kendala. “Gotong royongnya terasa sekali. Para kader saling bantu,” ujarnya.
Menurut Emy, dukungan pemerintah desa juga menjadi kunci keberlanjutan program. “Pemerintah desa memberikan honor setiap bulan dan dana operasional untuk tiap pos,” katanya. “Jadi kader tidak hanya semangat, tapi juga merasa dihargai.”
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait