get app
inews
Aa Text
Read Next : Putra Mbah Maimoen Dukung Agus Suparmanto Jadi Ketua PPP, Taj Yasin: Orangnya Itu Gengsian

Gagal Jaga Basis Pemilih Tradisional, PPP Hadapi Tantangan Dominasi Milenial dan Zilenial

Kamis, 25 September 2025 | 14:26 WIB
header img
Pakar Politik Undip: Santri dan Pengusaha Figur Ideal Pimpin PPP

SEMARANG, iNewsJoglosemar.idMuktamar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke X yang akan berlangsung akhir pekan ini dinilai menjadi titik krusial bagi masa depan partai berlambang Kabah. Pertemuan besar itu akan menentukan apakah PPP akan menuju kebangkitan atau justru terancam kepunahan.

Dosen Departemen Politik Pemerintahan FISIP Universitas Diponegoro, Wahid Abdulrahman, menegaskan, ancaman kepunahan bukan tanpa alasan. Menurutnya, hingga saat ini belum ada partai politik di Indonesia yang mampu kembali ke parlemen setelah gagal menembus parliamentary threshold.

“Faktor tersebut diperparah dengan kegagalan PPP dalam menjaga basis pemilih tradisional sementara pada saat yang sama kurang cakap dalam merespon perubahan demografi pemilih serta ketidakcermatan membaca arah politik nasional,” kata Wahid, Rabu (24/9/2025).

Dalam tiga pemilu terakhir, PPP mencatat penurunan suara yang signifikan. Tahun 2014, partai ini meraih 8.152.957 suara (6,53%), turun pada Pemilu 2019 menjadi 6.323.147 (4,52%), dan kembali anjlok di Pemilu 2024 dengan 5.878.777 suara (3,87%).

Wahid melihat persoalan tersebut erat kaitannya dengan konflik internal. Dualisme kepengurusan hingga persaingan antar faksi yang mengkristal menjelang Pemilu 2024 menjadi faktor penghambat pelembagaan partai.

Ia juga menekankan, sejak Pemilu 1977–1997, PPP sesungguhnya adalah “rumah besar umat Islam”. Dengan basis pemilih tradisional-ideologis di kantong-kantong santri, PPP sejatinya punya fondasi kuat yang seharusnya terus dijaga.

Meski demikian, Wahid menilai PPP juga harus mampu beradaptasi dengan karakter pemilih baru, khususnya generasi milenial dan zilenial yang akan mendominasi peta pemilih ke depan. Tantangan lain adalah kebutuhan pendanaan politik dalam sistem demokrasi liberal serta kompetisi antarpartai yang semakin ketat.

Dalam konteks Muktamar, Wahid menilai pemilihan Ketua Umum dan Sekjen akan sangat menentukan arah PPP.

“Menentukan komposisi (paket politik) antara Ketua Umum dan Sekjen yang dapat menjawab kebutuhan dan tantangan PPP,” ujarnya.

Menurutnya, figur santri sangat relevan untuk mengisi posisi strategis dalam struktur kepemimpinan.

“Ekosistem utama dalam PPP adalah pesantren dan santri sehingga figur santri penting untuk mengisi komposisi Ketua Umum atau Sekjen,” tandasnya.

Wahid menambahkan, figur santri dengan jaringan luas akan mampu menggerakkan basis tradisional sekaligus menjadi konsolidator partai. Sosok demikian akan relatif diterima semua kalangan, apalagi jika memiliki pengalaman di legislatif maupun eksekutif.

Namun demikian, Wahid juga menilai penting adanya figur berlatar belakang pengusaha dalam kepemimpinan PPP. Hal ini dibutuhkan untuk menopang kebutuhan finansial partai lima tahun mendatang.

Menurutnya, komposisi kepemimpinan yang memadukan pengusaha dan santri bisa menjadi jawaban strategis. Selain memenuhi kebutuhan finansial, model kepemimpinan itu juga dinilai lebih adaptif dalam merespon perubahan dinamika politik.

“Komposisi pengusaha-santri inilah yang bisa menjadi alternatif penentu masa depan PPP lima tahun kedepan,” pungkas Wahid.

 

 

 

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut